SOLOPOS.COM - Bupati Karanganyar, Juliyatmono (empat dari kiri), didampingi Kepala DPU Karanganyar, Edhy Sriyatno (lima dari kanan) mengecek kondisi lokasi proyek jalan tol Soker di Desa Kebak, Kebakkramat, Karanganyar, yang diguyur hujan, Senin (23/5/2016). (Kurniawan/JIBI/Solopos)
Tol Solo-Kertosono, warga Kebak Karanganyar membuka blokade setelah ada kesepakatan lisan.
Solopos.com, KARANGANYAR–Blokade atau penutupan lokasi proyek jalan tol Solo-Kertosono (Soker) menggunakan batang bambu di Desa Kebak, Kebakkramat, Karanganyar, akhirnya berakhir Senin (23/5/2016).
Beberapa warga Kebak yang sebelumnya memasang batang-batang bambu, beramai-ramai melepaskan blokade. Pembukaan lokasi proyek menyusul adanya kesepakatan lisan antara warga Kebak dengan perwakilan PT Solo Ngawi Jaya (SNJ) di lokasi proyek.
Dialog dimediasi Kepala DPU Karanganyar, Edhy Sriyatno, dan Camat Kebakkramat, Murdatmo. Hadir pula dalam dialog yang dilakukan dengan cara berdiri selama 30 menit di lokasi proyek itu, pelaksana proyek dari PT Waskita Karya, Hardiansyah.
Dialog dimediasi Kepala DPU Karanganyar, Edhy Sriyatno, dan Camat Kebakkramat, Murdatmo. Hadir pula dalam dialog yang dilakukan dengan cara berdiri selama 30 menit di lokasi proyek itu, pelaksana proyek dari PT Waskita Karya, Hardiansyah.
Pertemuan tak terjadwal itu dipicu inspeksi mendadak (sidak) Bupati Karanganyar, Juliyatmono, jam 08.00 WIB. Orang nomor satu di Bumi Intanpari itu tak sampai 10 menit di lokasi proyek. Tanpa banyak bicara, Bupati langsung meninggalkan lokasi proyek.
Melalui telepon seluler (ponsel), Bupati memerintahkan Edhy Sriyatno yang masih di lokasi proyek untuk membongkar saluran air yang dimasalahkan petani. “Pak Bupati mau ke Jakarta, terburu-buru. Bapak minta saluran irigasinya dibongkar,” ujar Edhy kepada Solopos.com.
Perwakilan warga Kebak, Sariyo, bersikeras meminta pemulihan saluran irigasi, jalan usaha tani, dan penggantian desain overpass menjadi underpass. “Yang dulu jalan kembali jadi jalan, yang saluran kembalikan ke saluran, sesuai kondisi semula,” tutur dia.
Sariyo mendesak segera ada kejelasan ihwal penggantian overpass menjadi underpass. Alasannya, keberadaan overpass akan menyusahkan pengguna sepeda kayuh, utamanya anak-anak. “Setiap hari anak-anak SD lewat jalur ini, kasihan,” imbuh dia.
Sementara Pimpro Pembangunan Jalan Tol Soker dari PT SNJ, Iwan Rosa Putra, mengatakan permintaan warga ihwal pemulihan saluran irigasi yang melintasi jalur tol, segera ditindaklanjuti. Warga meminta gorong-gorong menggunakan box, bukan double bis.
Penggantian itu harus ada berita acara permintaan penggantian dari DPU dan warga Kebak. Sedangkan permintaan pemulihan jalur usaha tani menuju Desa Waru, menurut Iwan, bukan menjadi kewenangannya. Di gambar proyek tak tertera jalan usaha tani dimaksud.
Ihwal permintaan penggantian overpass menjadi underpass, Iwan menyarankan Bupati Karanganyar melayangkan surat permintaan audiensi kepada pejabat Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Surat ditembuskan kepada PT SNJ, PT Waskita Karya, dan pejabat terkait.
“Lebih baik ada surat dari Pak Bupati ke BPJT dengan mencantumkan permintaan audiensi. Nanti kami bantu secara lisan untuk update tindak lanjutnya,” kata dia.
Iwan mengatakan sebenarnya sudah ada perubahan desain overpass di Desa Kebak. “Sebelum ada permintaan warga sudah ada perubahan desain overpass. Awalnya curam, sekarang tidak. BPJT yang ubah desain. Sekarang panjang bentangan overpass 140 meter sampai 150 meter. Untuk mengubah jadi underpass bukan kewenangan kami,” tutur dia.
Dalam kesempatan itu Iwan meminta warga membuka blokade yang dilakukan dua pekan terakhir. Menurut dia pihaknya dikejar target waktu penyelesaian ruas Kebakkramat-Sragen. Permintaan itu dipenuhi warga dengan syarat tuntutan mereka dipenuhi.