Jogja
Senin, 23 Mei 2016 - 10:20 WIB

KASUS INTOLERANSI JOGJA : Jumlah Laporan Bertambah, Jogja Krisis Keistimewaan?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi

Kasus intoleransi Jogja tengah menjadi sorotan.

Harianjogja.com, JOGJA-Keistimewaan DIY dalam bidang sosial dan budaya semakin hari kian terkikis seiring maraknya kasus-kasus intoleransi yang terjadi di Jogja. Pernyataan itu disampaikan aktivis Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS), Hafizen Barbosa dalam seminar Menjaga Toleransi di Jogja, di Hotel Burza, Jogokarian, Jogja, Jumat (20/5/2016).

Advertisement

Seminar tersebut digelar oleh Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD) se-Indonesia. Mahasiswa daerah yang ada di Jogja ini juga sekaligus mendeklarasikan diri Ngabdi di Jogja, Bersama Menjaga Keutuhan Bangsa, Ideologi Pancasila dan toleransi di Kota Berbudaya.

Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Mochammad Sodik berpendapat untuk meminimalisir konflik dan kekerasan di masyarakat yang perlu dilakukan adalah dialog. Karena dengan dialog bisa saling memahami masing-masing perbedaan. Dia juga mengkritisi sistem pendidikan yang masih mempertahankan sistem monolog, yang menganggap anak sebuah ruang kosong sehingga disisi sesua dengan keinginan sang guru.

“saya kira itu juga bagian dari kekerasan tapi selama ini disepakati,” ucap dia.

Advertisement

Menurutnya, pendidikan bukan sekadar learning to know (belajar untuk tahu) dan learning to do (belajar untuk terampil), tapi harus juga learning to be (belajar untuk menjadi/berkarakter) dan learning to live together (belajar untuk mampu menghargai sesama)

Pembubaran untuk Cegah Konflik Membesar

Direktur Pembinaan Masyarakat Polda DIY Kombes Pol Caho Budi Siswanto mengakui potensi terjadinya aksi intoleransi di DIY khususnya  terkait dengan agama atau ideologi cukup besar. Karena itu ia mengajak perlu peran aktif seluruh pihak untuk menanggulangi tumbuh dan berkembang aksi-aksi intoleransi.

Terkait pembubaran beberapa acara oleh polisi saat ditentang oleh kelompok masyarakat lainnya, Cahyo mengklaim sebagai bagian dari pengamanan supaya tidak terjadi konflik yang lebih besar.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif