Jogja
Senin, 23 Mei 2016 - 15:55 WIB

BANDARA KULONPROGO : Pelatihan Kerja untuk Warga Terdampak Bandara Belum Menyentuh Pariwisata

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Selain berfoto di gardu pandang, wisatawan Kalibiru juga bisa mencoba fasilitas permainan flying fox, Jumat (25/12/2015). (Rima Sekarani/JIBI/Harian Jogja)

Bandara Kulonprogo yang akan dibangun memberikan kompensasi pelatihan usaha pada warga tersampak

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pelatihan tenaga kerja warga terdampak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) angkatan ketiga akan dilakukan pada Rabu (25/5/2016) mendatang.

Advertisement

Pelatihan tersebut akan terdiri dari 7 kejuruan antara lain otomotif, perkantoran, industri, boga, rias pengantin, dan teknisi.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kulonprogo, Eko Pranyata mengatakan bahwa pelatihan tersebut masing-masing akan diikuti oleh 16 orang setiap kelas. Warga terdampak bandara sendiri akan mendapatkan prioritas untuk mengikuti pelatihan tenaga kerja selama dua tahun.

Namun, Eko mengatakan bahwa Pemkab Kulonprogo belum menyediakan pelatihan tenaga kerja yang spesifik untuk bisnis pariwisata.

Advertisement

“Jika untuk pariwisata sementara ini belum,” ujarnya saat dihubungi pada Minggu (22/52016).

Eko mengatakan bahwa jika memang ada warga yang bersedia maka bisa usulan tersebut bisa ditanggapi.

Jika memungkinkan dan peminatnya banyak maka jenis pelatihan tersebut bisa diusulkan dalam APBD perubahan tahun 2016 dan dalam APBD 2017. Sementara itu, ia juga mengatakan bisa mengakomodir warga untuk megikuti pelatihan kerja berbasis pariwisata di pemerintah provinsi DIY.

Advertisement

Ia menjelaskan jika Balai Latihan Kerja dan Pengembangan Produksi (BLKPP) DIY telah menawarkan kepada Pemkab Kulonprogo jika ada warganya yang ingin mengikuti pelatihan kerja tersebut. Terlebih lagi, pelatihan yang tersedia di BLKPP DIY telah mendapatkan akreditasi untuk dua kejuruan yakni Bahasa Inggris dan sepeda motor.

Namun, minat masyarakat sendiri masih minim dikarenakan jauhnya jarak yang harus ditempuh untuk mengikuti pelatihan. “Masyarakat inginnya pelatihannya kerjanya di Wates atau malah di desanya saja,” jelas Eko.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif