Soloraya
Sabtu, 21 Mei 2016 - 06:25 WIB

KEKERASAN TERHADAP ANAK : Cegah Kekerasan Seksual Terhadap Anak, Ini Kuncinya

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pencabulan (JIBI/Solopos/Dok)

Kekerasan terhadap anak bisa dicegah antara lain dengan penerapan pola asuh anak yang benar.

Solopos.com, KLATEN – Kasus kekerasan seksual terhadap anak yang belakangan bermunculan mengundang keprihatinan dari berbagai kalangan. Tak terkecuali bagi puluhan mahasiswa yang menggelar aksi di Tugu Tenun, simpang empat Tegalyoso, Klaten Selatan, Kamis (19/5/2016) malam.

Advertisement

Mahasiswa dari STIKES Duta Gama tersebut menggelar aksi teaktrikal. Selain itu, mereka menyalakan lilin sebagai bentuk keprihatinan terhadap kasus kekerasan seksual terhadap anak.
Korlap aksi, M. Nurfatah Hardiyanto, mengatakan aksi itu digelar guna memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada Jumat (20/5/2016).

“Kami ingin menyerukan agar seluruh elemen masyarakat membangkitkan nilai moral bangsa Indonesia, tidak selalu terpuruk seperti ini apalagi belakangan kasus kekerasan seksual banyak terjadi di berbagai daerah. Harapan kami dari aksi ini masyarakat terdorong untuk membangkitkan nilai-nilai moral bangsa,” kata dia saat ditemui di sela aksi.

Kasus kekerasan seksual yang terjadi mengundang keprihatinan dari puluhan mahasiswa tersebut. Apalagi, salah satu kasus yang mencuat berada di wilayah Klaten, terkait kasus pemerkosaan terhadap seorang siswi kelas VI SD negeri di Jatinom oleh beberapa anak yang masih di bawah umur.

Advertisement

“Kami sangat prihatin dengan kasus itu. Kami meminta dari penegak hukum agar menangani kasus itu secara serius dan menerapkan hukuman sesuai undang-undang yang berlaku,” urai dia.

Divisi Pencegahan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Klaten, Erry Pratama Putra, mengatakan pola asuh dalam keluarga menjadi kunci utama pencegahan kasus kekerasan terhadap anak termasuk kekerasan seksual.

“Kajian kami, memang [kasus kekerasan kepada anak] diawali dari pola asuh. Maka, tolong dimaknai pola asuh itu terbentuk ketika pasangan menikah pada usia yang pas, bukan menikah karena sebab yang tidak diinginkan atau dijodohkan. Ketika pasangan menikah karena keterpaksaan, maka tidak terbangun pola asuh di sana. Dari sinilah anak-anak mereka mejadi rentan bisa menjadi korban atau bahkan menjadi pelaku [kekerasan],” ungkapnya saat ditemui di sela aksi.

Advertisement

Erry mengatakan upaya pencegahan selama ini sudah dilakukan. Di 36 sekolah, sudah dibentuk pendidik sebaya yang menjadi ring utama upaya pencegahan kasus kekerasan terhadap anak. Di tingkat desa, sudah dibentuk 13 forum anak yang menyatu dengan program Kabupaten Layak Anak.

“Forum anak itu berada di 13 desa dari 401 desa/kelurahan di Klaten. Jadi, memang masih banyak yang harus dilakukan. Forum anak dan pendidik sebaya itu memiliki tugas yang sama. Mereka menjadi ring utama untuk pencegahan terhadap kasus ekerasan terhadap anak. Seperti diketahui, anak-anak itu lebih nyaman ketika bercerita dengan teman sebayanya,” urai dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif