Jogja
Sabtu, 21 Mei 2016 - 07:40 WIB

KEBANGKITAN NASIONAL KULONPROGO : Hasto Ajak Warga Lebih Nasionalis

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo saat menyampaikan sambutan pada acara silaturahmi kepala dusun di Gedung Yayasan Dharmais, Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo, Rabu (12/8/2015). (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani I.N)

Tahun ini seharusnya menjadi era kebangkitan kedua yang menyerupai gerakan Budi Utomo 1908.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengajak masyarakat membangkitkan semangat patriotisme, nasionalisme, persatuan, kesatuan, dan kesadaran memperjuangkan bangsa yang berdaulat, berkepribadian dan mandiri.

Advertisement

“Kami sangat berharap 2016 menjadi era kebangkitan kedua yang menyerupai gerakan Budi Utomo 1908 atau gerakan Sarekat Dagang Islam,” kata Hasto pada peringatakan Kebangkitan Nasional seperti dikutip Antara, Jumat (20/5/2016).

Menurut dia, pada 2016 bagi bangsa Indonesia merupakan tahun ancaman sekaligus ujian serius terhadap kemandirian dalam bidang ekonomi karena globalisasi dan perdagangan bebas, mau tidak mau, siap tidak siap, harus diterima terlebih dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Banjir impor barang kebutuhan rumah tangga, yang lebih banyak, lebih murah, canggih, dan menarik tidak bisa dihindari. “Bangsa kita bisa menjadi konsumen terbesar produk pertanian, industri, elektronik (handphone), dan barang teknologi (mobil/motor) dari negara lain. Perbankan dalam negeri lebih 50 persen juga dikuasai asing, karena tingkat suku bunganya jauh lebih tinggi dibandingkan negara maju,” katanya.

Advertisement

“Di sisi lain banyak barang murah masyarakat akan konsumtif kurang menabung dan kurang produktif sehingga dalam keadaan krisis kurang memiliki daya tahan,” katanya.

Kenyataan ini seperti yang pernah diucapkan Bung Karno di Harian Suluh Indonesia pada 1930 tentang ciri-ciri ekonomi negeri jajahan. Pertama, negeri dijadikan sumber bahan baku murah oleh negara penjajah, kedua, dijadikan pasar untuk menjual produk industrinya, dan ketiga dijadikan tempat memutar uang negeri penjajah demi mendapatkan rente.

“Selain itu, kesiapan teknologi dan infrastruktur kita belum mampu bersaing di era perdagangan bebas. Waktu sudah habis ibarat kapal sudah mulai terbakar penumpang harus loncat. Tidak banyak pilihan cara untuk menandingi ketertinggalan teknologi di era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini. Hanya satu pilihannya yaitu bangkit dan melawan teknologi dengan ideologi,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif