Jogja
Sabtu, 21 Mei 2016 - 16:20 WIB

CAMPURSARI GUNUNGKIDUL : Berikut Gambaran 90 Jam Nonstop Pentas Seni

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

Campursari Gunungkidul diadakan di Alun-alun Wonosari

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Ketua Umum Pemecahan Rekor Muri, Cak Dikin menjelaskan, untuk kesuksean penyelenggaraan  pemecahan rekor muri pentas musik campursari di Alun-Alun Wonosari akan menggunakan dua buah panggung yang terletak di sisi barat dan timur. Nantinya kedua panggung itu digunakan secara bergantian sehingga tidak ada waktu berhenti dalam pemecahan rekor ini.

Advertisement

Adapun prosedur pengoperasian kedua panggung ini, saat panggung timur digunakan maka panggung barat tidak digunakan. Namun saat memasuki tiga puluh menit akhir pementasan sebuah grup campursari, maka panggung barat mulai difungsikan. Jeda waktu itu selain digunakan untuk menunggu giliran juga bisa digunakan untuk persiapan, seperti mengecek sound sistem hingga peralatan musik yang akan digunakan.

“Jadi saat panggung timur selesai, pementasan langsung pindah ke panggung barat,” ujar pria bernama Muhammad Sodiqin ini.

Meski pementasan dilakukan secara terus menerus, namun panitia memutuskan ada jeda waktu selama 15 menit. Kebijakan ini, kata Dikin, bukan untuk beristirahat, tapi memberikan kesempatan bagi warga atau para seniman untuk menjalankan ibadah.

Advertisement

“Berhentinya pas waktu shalat saja, selain itu pentas terus akan jalan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul CB Supriyanto mengatakan, kegiatan pentas seni campursari selama 90 jam tanpa berhenti murni inisiatif dari masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari sumber pendanaan yang digunakan, karena berasal dari patungan masyarakat dan tanpa menggunakan anggaran dari pemkab.

“Anggarannya sekitar Rp300 juta, dan ini murni dari masyarakat,” kata Supriyanto.

Advertisement

Dia menjelaskan, pentas seni ini akan didukung 47 grup musik campursari dari berbagai daerah. Dalam pementasan ini, seluruh seniman yang hadir tidak ada yang dibayar, sedang anggaran yang dimiliki murni digunakan untuk sewa peralatan pendukung dalam acara itu.

“Kalau grupnya dibayar, anggarannya bisa tembus Rp3 miliar. Tapi ini semua gratis, mereka datang memang benar ingin berpartisipasi dalam pemecahan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif