Soloraya
Kamis, 19 Mei 2016 - 16:40 WIB

TOL SOLO-KERTOSONO : Pelaksana Jalan Tol Panen Protes Warga Sragen

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua DPRD Sragen Bambang Samekto (kemeja putih) bersama warga Toyugo, Sambungmacan, mendatangi lokasi pembangunan overpass yang melintasi jalan Tunjungan-Gondang, Jumat (13/5/2016). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Tol Solo-Kertosono, PT SNJ, PT Waskita dan Pemkab Sragen di persimpangan jalan tol dimanfaatkan warga untuk menyampaikan aspirasi.

Solopos.com, SRAGEN–Kunjungan PT Solo Ngawi Jaya (SNJ), PT Waskita dan Pemkab Sragen di belasan persimpangan jalan tol diwarnai banyak protes warga, Kamis (19/5/2016).

Advertisement

Saat meninjau jalan tol di Dusun Trobayan, Desa Gringging, Sambungmacan, warga memprotes penutupan kali yang diganti dengan gorong-gorong. Warga khawatir penutupan kali itu bakal mengakibatkan banjir saat musim hujan. “Bila hujan agak lama, banjir sudah pasti datang. Kawasan ini sudah seperti lautan. Biasanya banjir sampai menggenangi pekarangan dan halaman rumah warga. Kalau kali itu ditutup lalu diganti gorong-gorong, kami tentu khawatir terkena luapan banjir,” kata Sadiyo, 50, warga setempat.

Wakil Bupati Sragen, Dedy Endriyatno dan Direktur Utama PT SNJ David Wijayatno mendengarkan langsung protes warga. Setelah mendengarkan aspirasi warga, rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Mereka tiba di persimpangan jalan tol dan jalan kabupaten berupa underpass di Desa Banyurip. Warga protes lantaran underpass itu dinilai terlalu sempit. Warga juga meminta dibuatkan jembatan layang sebagai akses petani menuju ladangnya. Para petani juga meminta saluran irigasi yang menembus jalan tol melalui gorong-gorong.

Sesampainya di persimpangan jalan tol dengan jalan kabupaten tepatnya di Desa Toyogo, Kecamatan Sambungmacan, rombongan kembali mendapat keluhan dari kalangan ibu rumah tangga. Di hadapan Dedy, seorang ibu rumah tangga bahwa sampai menitikkan air mata. “Kasihanilah saya dan cucu-cucu saya Pak. Kalau harus meniti jalan seperti itu tingginya, kami tidak kuat. Kami ingin, jalannya di bawah saja. Bukan di atas,” keluh Ny. Rebi di hadapan Dedy.

Advertisement

Protes warga juga menghiasi kunjungan rombongan setibanya di Kelurahan Tangkil, Desa Pandak dan Desa Sidoharjo, Kecamatan Sidoharjo. Di dua desa terakhir, warga bersikeras meminta pelaksana proyek membangun underpass daripada overpass. Warga menggeruduk rombongan dan melontarkan berbagai ungkapan bernada protes. Di Desa Sidoharjo, warga membentangkan spanduk berisi protes rencana pembangunan overpass.

Menanggapi protes warga, Dedy Endriyatno menjelaskan sebenarnya Pemkab Sragen di bawah pimpinan mantan Bupati Agus Fatchur Rahman sudah mengusulkan pembangunan underpass. Usulan itu sudah disampaikan kepada Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) pada awal 2016 lalu. Namun, dia mengakui upaya untuk mengubah overpass menjadi underpass tidak mudah diwujudkan. Ini karena proses pembangunan overpass sebagian besar sudah dimulai. “Apa yang menjadi keinginan warga tetap akan disampaikan kepada BPJT. Nanti BPJT akan mengkajinya,” kata Dedy.

Dedy mengakui warga di enam desa sudah mengancam akan menggelar demo apabila aspirasi mereka tidak diperhatikan. Dedy menyayangkan adanya kepentingan politik dari beberapa kepala desa (kades) dalam protes warga itu.

Advertisement

“Ini adalah aspek nonteknis yang tidak kita prediksi. Beberapa desa itu yang dilalui jalan tol itu akan menggelar pilkades. Kalau warga sudah bilang pokoke, ya tidak akan menemukan titik temu,” jelasnya.

Sementara itu, Dirut PT SNJ David Wijayanto mengaku tidak bisa memberi jawaban pasti atas protes warga. Dia akan menyampaikan apa yang menjadi keinginan warga itu kepada BPJT. “Nanti BPJT yang akan memutuskan. Kewenangan kami hanya mengusulkan,” kata David sambil berlalu meninggalkan wartawan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif