Permainan tradisional tidak hanya bisa menghibur tetapi juga memberi pendidikan karakter
Harianjogja.com, SLEMAN- Menanamkan nilai-nilai seni budaya kepada anak secara dini perlu dilakukan untuk melestarikan budaya lokal. Salah satunya dengan lomba dolanan anak. Selain mengandung kreatifitas dan kekompakan, dolanan anak juga bisa membangun jiwa kegotong-royongan.
Sekretaris Kecamatan Ngemplak, Beska mengatakan, lomba dolanan anak menjadi media ekspresi bagi generasi muda untuk melestarikan nilai-nilai seni budaya lokal. Lomba tersebut dimainkan oleh murid-murid sekolah dasar secara berkelompok. Selain jaranan, jamuran, permainan egrang, sepatu batok, jetungan, beberapa kelompok juga menyajikan tembang-tembang anak.
Lomba tersebut diikuti oleh 12 Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Ngemplak. SD Randusari menyabet juara satu dalam perlombaan tersebut. Disusul SD Model (juara II) dan SD Kejambon (juara III). Peraih juara pertama akan mewakili Kecamatan Ngemplak untuk maju lomba tingkat Kabupaten pada akhir Mei mendatang.
“Semua permainan yang ditampilkan harus berkelompok. Dalam satu kelompok bisa diisi lima sampai 12 anak. Aksi mereka dinilai oleh tiga juri yang berasal dari guru-guru kesenian, lulusan ISI [Institue Seni Indonesia],” kata lelaki yang juga menjadi Ketua Panitia Peringatan Satu Abad Sleman untuk wilayah Ngemplak itu, Selasa (17/5/2016).
Menurutnya, lomba dolanan anak tersebut merupakan bentuk pelestarian terhadap permainan anak-anak waktu lampau. Beska menjelaskan, anak-anak di era sebelum 1990 an seringkali memainkan dolanan anak tersebut menjelang sore.
Sayangnya, kata dia, perkembangan zaman dan era digital yang tumbuh pesat menyebabkan permainan dolanan anak saat ini jarang dijumpai.
“Padahal permainan dolanan anak ini banyak mengandung unsur pendidikan. Misalnya, menjaga kekompakan, kejujuran, kebersamaan. Itu akan menjadikan anak penuh tanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Sementara Camat Ngemplak Subagyo berharap dolanan anak dapat terus dilestarikan dan diperkenalkan kepada anak-anak sekarang. Dia berharap para orangtua bahkan masyarakat memiliki peran untuk mendorong anak-anak mencintai budayanya.
“Jangan hanya mempelajari teknologi permainan yang ada gadget. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi dan melestarikan budayanya,” kata Subagyo.