Jogja
Rabu, 18 Mei 2016 - 00:20 WIB

KAMPUS JOGJA : Tekan Angka TORCH, Mahasiswa UGM Inisiasi Ini

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ibu hamil (Dailymail.co.uk)

Kampus Jogja UGM memiliki cara menekan jumlah pasien TORCH

Harianjogja.com, SLEMAN — Sistem kekebalan tubuh ibu hamil menurin dan riskan terserang penyakit. Adapun infeksi Toxoplasma, Others, Rubella, Citomegalovirus, Herpes Simplex Virus (TORCH), jadi salah satu penyakit yang berbahaya.

Advertisement

Infeksi TORCH pada ibu hamil memiliki dampak berbeda pada bayi, tergantung umur janin saat tertular. Infeksi pada tiga bulan pertama akan mengakibatkan keguguran, sedangkan pada bulan-bulan berikutnya berupa kecacatan bayi.

“Jika seorang ibu hamil terserang infeksi TORCH, penyebaran infeksi ke janin akan sulit dicegah dan dampak yang ditimbulkan akan sangat buruk. Namun sayangnya, belum banyak masyarakat yang mengetahui tentang penularan dan bahaya infeksi TORCH saat kehamilan,”ungkap Afifah Khoiru Nisa, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UGM, Sabtu (14/5/2016) seperti dikutip dari rilis yang Harianjogja.com terima.

Menyadari kondisi ini, Nisa bersama ketiga temannya, Urfa Khairatun Hisan, Hanifah Rizki Nugraheni, dan Danniswari Fathoya Argez berinisiatif membentuk dan melatih kader yang akan mensosialisasikan berbagai hal mengenai TORCH kepada masyarakat, khususnya terkait langkah-langkah pencegahan infeksi TORCH.

Advertisement

Pelatihan dilakukan pada kader Posyandu di Dusun Rejosari, Desa Srimartani, dalam lima tahapan utama, yaitu sosialisasi informasi umum terkait TORCH, sosialisasi terperinci langkah mencegah TORCH,  diskusi bersama komunitas Rumah Ramah Rubella, pelatihan keterampilan kader, serta pelatihan public speaking sekaligus evaluasi akhir kader peduli TORCH.

“Kami sangat mendukung pelaksanaan kegiatan ini, sebab pengetahuan akan kesehatan dan kebersihan masyarakat Dusun Rejosari masih sangat terbatas, padahal rendahnya tingkat kebersihan merupakan salah salah satu faktor meningkatnya resiko penularan infeksi TORCH. Sebagian besar warga di sini belum mengetahui apa itu infeksi TORCH, penularan, serta dampak yang ditimbulkan dari infeksi tersebut.”, ungkap Didik, Kepala Dusun Rejosari, saat ditemui di kediamannya.

Ditemui di tempat lain, Urfa menjelaskan bahwa program pelatihan prevensi infeksi TORCH ini bersifat berkelanjutan. Artinya, peserta program gelombang satu yang disebut sebagai kelompok kader akan mengajarkan ilmu yang telah didapat pada masyarakat kelompok sasaran, dengan harapan kelompok sasaran akan mengajarkan pada masyarakat yang lebih luas, dan begitu seterusnya.

Advertisement

“Setelah menempuh kelima tahapan yang ada serta ditunjang dengan sistem informasi berantai dan berkelanjutan berantai, diharapkan kader yang terbentuk mampu mensosialisasikan infeksi TORCH dengan baik sehingga masyarakat paham dan mampu mencegah terjadinya infeksi TORCH pada ibu hamil sehingga kesehatan ibu dan anak akan meningkat.”, tutup dia

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif