Soloraya
Senin, 16 Mei 2016 - 10:40 WIB

KEKERINGAN SUKOHARJO : BPBD Pantau 3 Daerah Rawan Kekeringan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan di Soloraya (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Kekeringan Sukoharjo terus dipantau terutama tiga wilayah yang rawan.

Solopos.com, SUKOHARJO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo memantau tiga daerah rawan kekeringan seiring memasuki musim kemarau. Hal itu dilakukan agar masyarakat yang berdomisili di daerah rawan kekeringan mendapatkan pasokan air bersih.

Advertisement

Ketiga daerah rawan kekeringan itu yakni Kecamatan Weru, Tawangsari, dan Bulu. Selama ini, wilayah itu menjadi daerah langganan krisis air bersih saat musim kemarau. Warga kesulitasn mencari air bersih di wilayahnya masing-masing. Mereka mengandalkan pasokan air bersih yang dikirim donator atau Pemkab Sukoharjo.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Suprapto, mengatakan saat ini telah memasuki musim kemarau sehingga daerah rawan kekeringan selalu dipantau terus menerus. Saat puncak musim kemarau, sumber-sumber air bersih di wilayah Sukoharjo bagian selatan mengering. “Prosedurnya sama seperti tahun lalu. Jika ada permintaan air bersih dari masyarakat, Pemkab segera mengirim bantuan air bersih,” kata dia, saat ditemui solopos.com, akhir pekan lalu.

Selama ini, masyarakat mencari air bersih di sejumlah sumber air yang terletak di perbatasan wilayah antara Sukoharjo dengan Wonogiri. Air bersih itu digunakan untuk mandi, memasak, mencuci. Biasanya, debit sumber air berkurang drastis saat puncak musim kemarau.

Advertisement

Karena itu, Suprapto dan sukarelawan bencana alam selalu mengecek debit sumber air yang menjadi andalan warga setempat. “Saya selalu turun lapangan mengecek apakah sumber air sudah mengering atau tidak? Saya juga selalu berkoordinasi dengan perangkat desa. Jika warga kesulitan air bersih segera dilaporkan,” ujar dia.

Menurut Suprapto, wilayah Sukoharjo bagian selatan rawan kekeringan lantaran kondisi geografisnya terdiri dari perbukitan dan pegunungan hampir serupa dengan wilayah Wonogiri. Kondisi tanah cukup gersang dan hanya ada beberapa sumber air yang menjadi andalan utama untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.

Apabila sumber air mengering warga akan melaporkan permintaan air bersih ke BPBD Sukoharjo. Kemudian, BPBD Sukoharjo akan mengirim laporan ke Bupati Sukoharjo yang diteruskan ke PDAM Tirta Makmur Sukoharjo.
Selanjutnya, PDAM Tirta Makmur Sukoharjo akan mengirim atau dropping air bersih ke rumah penduduk di Sukoharjo bagian selatan. “Apabila ada laporan permintaan air bersih maka langsung dikirim mobil tangki berisi air bersih ke lokasi kekeringan,” ujar dia.

Advertisement

Lebih jauh, Suprapto menjelaskan solusi permanen untuk mengatasi kekeringan di wilayah Sukoharjo bagian selatan dengan memperbanyak pembangunan sumur dalam. Dia telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sukoharjo ihwal pembangunan sumur dalam di wilayah kekeringan.

Di sisi lain, seorang warga Desa Ngasinan, Kecamatan Bulu, Susanto, mengungkapkan biasanya terdapat bak penampungan air bersih di setiap rukun tetangga/rukun warga (RT/RW). Apabila ada bantuan air bersih langsung disimpan di bak penampungan air bersih. Warga mengambil air bersih di bak penampungan air setiap hari.

“Biasanya puncak musim kemarau antara September-Oktober. Saat itu sumber air benar-benar mongering,” kata dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif