Soloraya
Senin, 16 Mei 2016 - 11:25 WIB

Bisnis Sarana Transportasi Lesu, 5 Perusahaan Otobus di Sukoharjo Gulung Tikar

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bus angkutan umum (Safaridharmaraya.com)

Bisnis sarana transportasi yang lesu mengakibatkan sedikitnya lima perusahaan otobus di Sukoharjo bangkrut.

Solopos.com, SUKOHARJO – Sedikitnya lima perusahaan otobus (PO) di Sukoharjo gulung tikar lantaran lesunya bisnis angkutan transportasi sejak krisis moneter pada 1998 silam. Masyarakat cenderung memilih menggunakan kendaraan bermotor pribadi dibanding memanfaatkan moda transportasi darat.

Advertisement

Hal ini diungkapkan Ketua DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sukoharjo, Indriatmoko, saat dihubungi solopos.com, Minggu (15/5/2016). Menurut dia, sebagian besar trayek bus di Sukoharjo merupakan antar kota dalam propinsi (AKDP). Misalnya jurusan Sukoharjo-Solo PP atau Sukoharjo-Watukelir PP. Hanya beberapa PO yang melayani trayek antar kota antar propinsi (AKAP). “Sejak krisis monoter yang menerpa Indonesia, beberapa PO terpaksa gulung tikar karena tak bisa menutup beban operasional. Paling tidak ada lima PO yang sudah gulung tikar,” kata dia, Minggu.

Kondisi ini dipengaruhi sepinya penumpang yang memanfaatkan bus untuk bepergian. Masyarakat memilih menggunakan sepeda motor untuk bepergian. Imbasnya, pemasukan pendapatan tak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan setiap bulan.

Advertisement

Kondisi ini dipengaruhi sepinya penumpang yang memanfaatkan bus untuk bepergian. Masyarakat memilih menggunakan sepeda motor untuk bepergian. Imbasnya, pemasukan pendapatan tak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan setiap bulan.

Apalagi biaya pemeliharaan bus membutuhkan dana yang tak sedikit. Misalnya, membeli spare part atau onderdil yang rusak. Apabila pemasukan pendapatan minim maka tak mampu menutup biaya operasional dan biaya pemeliharaan bus.

“Harga onderdil bus cukup mahal sementara pemasukan pendapatan sangat minim. Pengusaha bus harus memutar otak agar bisnis transportasinya tak gulung tikar,” ujar dia.

Advertisement

Menurut Indratmoko, lesunya bisnis transporasi darat tak hanya dirasakan para pengusaha bus di Kabupaten Jamu melainkan seluruh Indonesia. Para pengusaha bus kategori besar hingga kecil harus mampu benar-benar mengelola keuangan untuk menjalankan roda bisnisnya.

Tak menutup kemungkinan, apabila kondisi bisnis transportasi tak mengalami perubahan maka PO yang gulung tikar bakal bertambah banyak.

“Kondisinya sama [bisnis transportasi lesu], di Wonogiri juga seperti ini. Pengusaha bus di seluruh Indonesia merasakan hal yang sama,” terang dia.

Advertisement

Seorang warga Kelurahan Mandan, Kecamatan Sukoharjo, Purwanto, 43, mengatakan dahulu ia selalu menggunakan bus saat pergi dan pulang bekerja ke Solo. Kala itu, bus menjadi salah satu moda transportasi darat yang tarifnya terjangkau masyarakat. Kini, ia memilih menggunakan sepeda motor saat pergi dan pulang bekerja atau bepergian dengan keluarga.

“Kalau hendak bepergian ke wilayah perdesaan kan tidak ada bus. Paling cocok menggunakan kendaraan pribadi, bisa bepergian kemana saja,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pengendali Operasi Dishubinfokom Sukoharjo, Joko Waluyo, saat dimintai konfirmasi, belum merespons saat dihubungi solopos.com. Saat solopos.com menghubungi ponselnya tidak diangkat.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif