Jogja
Sabtu, 14 Mei 2016 - 12:21 WIB

WISATA KULONPROGO : Kerajinan Sabut Kelapa Klegen Dikembangkan Sejak Zaman Penjajahan Belanda

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sabut kelapa dijemur di bawah sinar matahari. (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Wisata Kulonprogo mengenai sentra kerajinan sabut kelapa.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Hampir tidak ada bagian pohon kelapa yang tidak dapat dimanfaatkan manusia, termasuk sabut. Bukan hanya untuk membantu pembakaran di kompor tungku, sabut kelapa tetapi aneka kerajinan seperti sapu dan keset.

Advertisement

Hal itu dipahami benar oleh warga Dusun Klegen, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kulonprogo. Wilayah itu dikenal sebagai sentra kerajinan sabut kelapa. Saat berkunjung ke sana, jangan heran jika banyak sabut berbentuk menyerupai rambut palsu yang dijemur di hampir semua pekarangan rumah. Beberapa orang juga akan terlihat lalu-lalang di jalan dusun sambil membawa sapu atau keset yang siap jual.

Ratusan warga Klegen masih bertahan sebagai pengrajin sabut. Ada yang sekadar menyediakan bahan sabut siap pakai, tali sabut, hingga membuat  sapu dan keset. Semua itu dikerjakan di rumah masing-masing. Sebagian memang menjadikan sabut sebagai sumber mata pencaharian, tapi banyak juga yang hanya mencari penghasilan tambahan.

Konon, pemanfaatan sabut kelapa oleh warga Klegen sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda.
“Saya sendiri sudah sekitar 20 tahun merendam sabut. Lumayan karena tidak repot dan bisa dikerjakan sesempatnya saya,” kata seorang warga setempat, Suparti, Kamis (12/5/2016) kemarin.

Advertisement

Sabut siap pakai dibuat Suparti dalam beberapa bulan. Sabut kelapa awalnya dipukul-pukul agar lebih pipih, direndam dalam air selama dua atau tiga bulan, dipukul-pukul lagi agar seratnya terpisah, lalu dijemur hingga kering di bawah terik matahari. Sabut kering lalu dijual ke pengepul terdekat seharga Rp9.000 hingga Rp12.000 per kilogram.

Salah satu pengepul sabut di Klegen adalah Iriani. Selain mengumpulkan sabut dari warga sekitar dan menjualnya ke wilayah Jogja, Klaten, dan Muntilan, Iriani juga mengolahnya menjadi kerajinan sapu dan keset. Pemasarannya sudah sampai Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera.

Menurut Iriani, warga Klegen akrab dengan pengolahan sabut karena dulu banyak yang bekerja untuk sebuah pabrik cepol di Pengasih. Saat pabrik itu guling tikar pada sekitar tahun 1960, sebagian pekerja lalu mengolah sabut di rumah masing-masing, termasuk orang tua Iriani. Pembuatan sapu dan keset pun sudah mulai dilakukan meski jumlahnya tidak banyak.

Advertisement

Iriani sendiri melanjutkan usaha orang tuanya sejak 1995. Warga lainnya pun perlahan menyadari potensi nilai ekonomi sabut sehingga jumlah perajin terus bertambah. Klegen lalu menjadi sentra kerajinan sabut kelapa dan sering mendapatkan kunjungan dari berbagai daerah dan bahkan luar negeri, seperti Amerika dan Jepang.

“Tahun 1997 sampai 2000 itu bermunculan perajin baru. Memang sayang kalau tidak diolah karena bahannya ada terus,” ujar Iriani.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif