Soloraya
Sabtu, 14 Mei 2016 - 15:40 WIB

PERTANIAN SUKOHARJO : Tak Ada Makanan, Kawanan Kera Turun Gunung

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi serangan kera. dokJIBI/SOLOPOS

Serangan hewan Sukoharjo terjadi di Kecamatan Bulu dan Weru.

Solopos.com, SUKOHARJO–Masyarakat di empat desa tersebar di dua kecamatan belakangan resah menyusul turunya kawanan kera ke sekitar tempat tinggal. Warga hanya pasrah dan berupaya mengusir kawanan kera turun gunung dengan peralatan seadanya. Empat desa itu masing-masing tersebar di Kecamatan Bulu dan Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.

Advertisement

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Sabtu (14/5/2016), di masyarakat di Desa Sanggang dan Kedungsono, Kecamatan Bulu serta warga Desa Alas Ombo dan Desa Karangmojo, Kecamatan Weru, dua pekan terakhir masyarakat di empat desa menambah satu kegiatan yakni mengusir kawanan kera di kampung masing-masing. Warga Desa Karangmojo, Wahyono, mengatakan aneka tanaman milik warga dijarah kawanan kera, di antaranya tanaman kacang tanah, singkong, pisang. “Hanya tanaman cabai yang tak dimakan kawanan kera. Selain merusak tanaman pangan, kawanan kera juga masuk ke rumah warga dengan merusak genting rumah,” katanya.

Menurutnya, kawanan kera di Desa Karangmojo dialami oleh warga tiga dusun yaitu Dusun Semak, Dusun Karangmojo Timur dan Dusun Jeruk. Dia menduga kawanan kera turun gunung diduga stok makanan di pegunungan sudah habis menjelang musim kemarau.

“Kacang tanah yang baru ditanam sudah di-dukir-dukir (digali lagi). Kawanan kera juga masuk ke rumah warga lewat genting untuk mengambil makanan yang bisa dimakan. Warga bingung harus berbuat apa karena tak ada pawang kera,” katanya.

Advertisement

Dia memiliki ide membunyikan kembang api untuk mengusir kawanan kera tersebut. “Sementara ini, warga hanya membunyikan petasan dari bambu tetapi kawanan kera hanya menutup telinganya. Kera-kera itu tak takut lagi dengan bunyi petasan. Kami berencana membunyikan petasan kembang api yang bisa diluncurkan.”

Hal sama disampaikan Wiharti, 43. Menurutnya, jumlah kawanan kera tak hanya puluhan. “Kami memilih menutup semua pintu dan jendela rumah selagi kawanan kera turun. Daripada menjadi keroyokan kawanan kera lebih baik bersembunyi di dalam rumah. Ibu-ibu dan anak-anak memilih masuk ke rumah sedangkan yang laki-laki mengusir kawanan kera dengan kayu atau ketapel,” ujarnya.

Dia menduga perkembangbiakan kera pesat sehingga jumlahnya semakin banyak. “Tahun lalu kera turun gunung bisa dihitung tetapi sekarang lebih banyak lagi.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif