Soloraya
Sabtu, 14 Mei 2016 - 02:00 WIB

PENGELOLAAN SAMPAH : Pengelola Instalasi Go Green Kesulitan Pasarkan Produk Organik

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengolahan pupuk organik (ilustrasi/JIBI/dok)

Pengelolaan sampah oleh Instalasi Go Green Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu (Sipengestu) mengalami kesulitan dalam memasarkan pupuk organik.

Solopos.com, SOLO – Pengelola Instalasi Go Green Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu (Sipengestu), Kelurahan Serengan, Serengan, Solo kesulitan memasarkan produk berupa pupuk organik sehingga hanya dimanfaatkan warga sekitar.

Advertisement

Pengelola Instalasi Go Green Sipengestu, Agung Prasetyo, 30, mengatakan pupuk organik yang diproduksi Instalasi Go Green Sipengestu rata-rata hanya dibeli atau dimanfaatkan oleh warga sekitar Serengan. Warga membeli pupuk organik hanya dalam skala kecil. Dia mengakui pupuk organik kurang dipasarkan sehingga tidak begitu laku terjual secara luas.

“Kami tidak memiliki bagian khusus yang menangani pemasaran. Kondisi itu membuat pupuk organik kurang laku terjual. Petugas selama ini memasarkan pupuk hanya secara lisan. Kurang maksimalnya pemasaran membuat pupuk organik kurang laku terjual,” kata Agung kepada solopos.com, Jumat (13/5/2016).

Agung menyampaikan hasil penjualan pupuk organik seharga Rp2.500 per kilogram (kg) tersebut tidak menentu. Dia menceritakan, pupuk organik produk dari Instalasi Go Green Sipengestu bahkan pernah tidak laku terjual sama sekali dalam sepekan. Agung ingin pemerintah membantu memasarkan pupuk organik yang dibuat dengan memanfaatkan sampah dedaunan dari lingkungan warga itu.

Advertisement

“[Pemerintah] Kelurahan Serengan pernah mendapat pembeli pupuk organik dalam partai besar. Meski demikian, kehadiran pembeli pupuk dengan skala besar seperti itu tidak sering. Butuh pemasaran yang lebih bagus agar pupuk bisa laku terjual. Selama ini pupuk banyak dibeli oleh warga sekitar dalam jumlah sedikit,” jelas Agung.

Pantauan solopos.com di lokasi, Jumat (13/5/2016) pagi, puluhan karung pupuk organik tersimpan di gudang Instalasi Go Green Sipengestu di Serengan. Masing-masing karung tersebut berisi pupuk organik dengan berat sekitar 10 kg sampai 15 kg. Pupuk organik dibiarkan tersimpan di dalam karung sampai stok pupuk organik yang telah dikemas di dalam plastik-plastik kecil berukuran 3 kg laku terjual.

“Kami tidak setiap hari memproduksi pupuk organik dalam jumlah yang sama. Selain ketersediaan sampah [organik], jumlah produksi pupuk disesuaikan dengan kondisi gudang penyimpanan. Apabila stok masih banyak, kami membuat pupuk dengan jumlah yang tidak terlalu banyak,” papar Agung.

Advertisement

Agung memaparkan Instalasi Go Green Sipengestu di Serengan bisa menghasilkan pupuk organik hingga 150 kg per hari. Dia mengatakan, hasil penjualan pupuk organik masuk ke kas Pemerintah Kelurahan Serengan. Selain untuk menggaji pengelola, menurut Agung, hasil penjualan pupuk tersebut digunakan juga untuk setiap keperluan operasional Instalasi Go Green Sipengestu di Serengan.

Dijumpai terpisah, Ketua RT 003/RW 010 Serengan, Widodo, 62, mengatakan Instalasi Go Green Sipengestu rutin beroperasi. Menurut dia, instalasi tersebut membantu warga dalam hal pemenuhan pupuk organik. Widodo menyampaikan selama ini warga mendukung keberadaan Instalasi Go Green Sipengestu. Warga kerap menyetor sampah dedaunan ke instalasi yang berada di wilayahnya itu.

Diberitakan Solopos sebelumnya, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Solo mendorong 51 kelurahan di Kota Bengawan mempunyai minimal satu bank sampah pada tahun ini. BLH mencatat baru ada 23 bank sampah di Solo. Bank sampah tersebut menyebar di berbagai kelurahan dan pasar.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif