Jogja
Jumat, 13 Mei 2016 - 02:40 WIB

PROYEK BANDARA KULONPROGO : Datangi Makam, Tim Appraisal Disambut "Hujan Pasir"

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana di Desa Sidorejo, Temon Kulonprogo saat tim appraisal Bandara Kulonprogo dihalangi masuk oleh warga. Aparat Kepolisian turun tangan untuk pengamanan. (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Warga penolak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) menutup pintu makam dan melempari pasir serta kerikil untuk menghalangi petugas yang ingin melakukan penilaian.

Harianjogja.com, TEMON-Hujan pasir mewarnai kedatangan tim appraisal yang dikawal ratusan personel keamanan ke pemakaman umum di Dusun Sidorejo, Glagah pada Kamis(12/5).

Advertisement

Warga penolak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) menutup pintu makam dan melempari pasir serta kerikil untuk menghalangi petugas yang ingin melakukan penilaian.

Sekitar 50-100 orang warga menghadang di pintu makam sejak sebelum tim appraisal tiba.  Selain itu, jalan masuk menuju ke pemakaman juga ditutupi dengan batang kayu dan dedaunan. Mereka memberikan penolakan dengan melempari petugas dengan pasir dan rumput yang berasal dari tanah pemakaman

Advertisement

Sekitar 50-100 orang warga menghadang di pintu makam sejak sebelum tim appraisal tiba.  Selain itu, jalan masuk menuju ke pemakaman juga ditutupi dengan batang kayu dan dedaunan. Mereka memberikan penolakan dengan melempari petugas dengan pasir dan rumput yang berasal dari tanah pemakaman

Ketika petugas terus mendesak maju, warga semakin gencar melempari petugas sembari meneriakkan sumpah serapah. Meski terus mendapat penolakan dari warga, personil keamanan yang dipimpin langsung oleh Wakapolres Kulonprogo, Kompol Andreas Dede Wijaya kemudian melakukan negosiasi dengan warga penolak.

Berdasarkan hasil kesepakatan, warga mengizinkan tim appraisal masuk dengan hanya pengawalan dari personil keamanan tim bersama ahli waris. Meski demikian, ratusan petugas yang terdiri dari 3 lapis pengamanan ini terus meringsek maju yang kemudian memicu kemarahan warga.

Advertisement

Kapolres Kulonprogo, AKBP Nanang Djunaedi menjelaskan bahwa area tersebut harus disterilisasi untuk memudahkan pekerjaan tim appraisal. Ia mengakui bahwa pengamanan pada hari terakhir proses appraisal ini jauh meningkat sebanyak 450 personil. Sebagian besar personil difokuskan untuk mengamankan penilaian di pemakaman di Sidorejo karena potensi resistensinya meningkat.

“Pengamanan hari ini lebih banyak, berlapis ring 1-3,”ujarnya di Balai Desa Glagah. Nanang menguraikan bahwa sebelumnya warga penolak sempat mengizinkan penilaian di area pemakaman asal ahli warisnya dihadirkan. Namun, karena beberapa alasan, tidak semua ahli waris bisa hadir dan sisanya diserahkan kepada kepala dusun.

Ia menjelaskan bahwa sebagian besar warga yang melakukan aksi penolakan tersebut sebenarnya merupakan penggarap lahan Pakualaman Ground (PAG) di sekitar pemakaman tersebut. Pada hari sebelumnya, penilaian di pemakaman umum di Dusun Kragon, Glagah sendiri berjalan lancar dengan seizin warga penolak. Meski demikian, penilaian hanya dilakukan kepada makam yang atas seizin seluruh ahli warisnya.

Advertisement

Tahapan ini sendiri menjadi kali terakhir tim appraisal melakukan penilaian di lapangan. Nantinya, hasil pendataan akan dibahas untuk mendapatkan penilaian bagi ganti rugi warga. Nanang menyatakan bahwa mendatang tahapan yang paling rawan diperkirakan adalah sosialisasi hasil appraisal. “Pasti banyak warga yang tidak puas dengan hasil penilaian,”ujarnya.

Sementara itu, Ketua Wahana Tri Tunggal (WTT), Martono menyatakan bahwa WTT komitmen tidak mengizinkan tim melakukan penilaian di atas lahannya. Namun, WTT juga memiliki itikad baik dengan mengizinkan penilaian pada makam milik warga pendukung. “Hanya saja syaratnya tidak boleh ada aparat keamanan di dalam makam,”ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa warga telah bersepakat bahwa hanya tim appraisal, ahli waris,dan pengamanan tim yang boleh masuk ke makam. Menurutnya, kejadian ini menjadi bukti arogansi petugas kepada warga yang merupakan pemilik lahan tersebut. Warga WTT sendiri terus berusaha menjaga ketertiban dan tidak terprovokasi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif