Jogja
Kamis, 12 Mei 2016 - 00:55 WIB

PERHOTELAN JOGJA : Sertifikat Kompetensi Tak Dapat Ditawar

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Perhotelan Jogja belum diiringi dengan sertifikasi kompetensi.

Harianjogja.com, SLEMAN — Anggota Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Komisi Sertifikasi Hendra Pribadi mengungkapkan, komitmen akan kompetensi di DIY belum terlihat.

Advertisement

Kompetensi merupakan hal yang sudah tidak bisa ditawar lagi. MEA sudah bergerak dengan standar sertifikasi ASEAN dan sudah berlangsung sejak 31 Desember 2015. Pergerakan yang baik ditunjukkan di sektor pariwisata.

“Kegiatan sertifikasi di Indonesia sampai saat ini ada 1,6 juta profesi pariwisata yang sudah disertifikasi. Namun, dari jumlah tersebut belum ada yang setara dengan level ASEAN,” ujar dia.

BNSP mengupayakan sertifikasi setara ASEAN pada tahun lalu sebanyak 600 orang. Jumlah itu pun masih kalah dari Filipina yang sudah memiliki 6.000 orang bersertifikasi setara ASEAN per awal 2016. Ia menyebutkan, suasana kompetensi di DIY belum tampak.

Advertisement

Director of Operations (DOP) Grand Tjokro Hotels Indonesia Asteria T Hesty mendukung adanya sertifikasi ini.

“Dengan sertifikasi, kita bisa menjadikan SDM lebih berkualitas dan berdaya saing dalam menghadapi persaingan global. Kita bisa maju asal SDM kita bisa maju,” ujar dia.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah DIY Gatot Saptadi mengungkapkan, dunia pariwisata memiliki efek yang besar bagi perekonomian di DIY. Untuk memajukan pariwisata di DIY, kompetensi dari SDM sangat dibutuhkan. “Ini juga sebagai strategi untuk menghadapi MEA,” ungkap dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif