Soloraya
Kamis, 12 Mei 2016 - 22:15 WIB

BRAND KOTA SOLO : Pemkot Siap Rembuk City Branding

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peserta Keliling Kota Solo berjalan kaki menyusuri salah satu sudut Kampung Batik Laweyan, Minggu (23/12/2012) (searah jarum jam). Mereka juga mengunjungi bungker (ruang bawah tanah) di salah satu rumah warga Kampung Batik Laweyan. Para peserta juga naik andong melewati Kampung Batik Laweyan. (JIBI/Solopos/Dok)

Brand Kota Solo, Pemkot akan menggandeng berbagai pihak merembuk branding Kota Solo.

Solopos.com, SOLO–Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berencana menggandeng berbagai pihak untuk merembuk city branding Kota Solo. Upaya city branding diperlukan dengan menyelaraskan program kerja Pemkot.

Advertisement

Wakil Wali Kota (Wawali) Solo Achmad Purnomo mengaku sejauh ini branding Solo masih terlalu luas. “Solo disebut sebagai kota kuliner, budaya, batik, wisata dan lain sebagainya. Semuanya masih terlalu luas,” kata Purnomo ketika dijumpai Solopos.com di Balai Kota, Kamis (12/5/2016).

Purnomo mencontohkan city branding sebagai kota batik misalnya. Menurutnya harus diperjelas lagi, batik motif apa misalnya. Mengingat beberapa kota lainnya telah membranding diri sebagai Kota Batik, seperti Pekalongan. “Saya sepakat dengan arahan Pak Presiden, bahwa daerah harus memiliki brand sendiri,” katanya.

Purnomo menilai pentingnya membranding kota sekaligus sebagai upaya memperkenalkan jati diri Kota Solo. Namun untuk menetapkan brand itu diperlukan pembahasan yang matang. Tentunya dengan melibatkan berbagai pihak terkait, seperti budayawan, sejarawan, tokoh masyarakat, akademisi dan lain sebagainya. Dari hasil rembuk ini nanti ditetapkan brand Kota Solo. “Brand ini juga nanti diselaraskan dengan program kerja Pemkot ke depan, sehingga fokus dalam pembangunan,” tuturnya.

Advertisement

Purnomo melanjutkan brand yang kuat sebuah daerah harus memiliki karakteristik khusus yang bisa dijelaskan dan diidentifikasikan. Seperti halnya tampak fisik kota, dan penduduk seperti apa yang tinggal di Kota Solo. Untuk menetapkannya, diperlukan survei dan kajian mendalam. Brand ini diharapkan mampu mendongkrak citra Kota Solo, tak hanya ditingkat nasional, tapi juga internasional. Hal ini bakal berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bagi warga Kota Solo.

“Kita harus punya brand yang kuat. Kalau menyebut itu, ya sudah tahu kalau itu Solo. Seperti Bali. Orang sudah kenal kalau kain atau gambar kotak hitam putih itu identik dengan Bali,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif