Jogja
Rabu, 11 Mei 2016 - 07:20 WIB

TEKNOLOGI PETERNAKAN : Dokter Hewan di Kulonprogo Memeriksa Sapi Bunting dengan USG

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - MENGECEK KESEHATAN SAPI

Teknologi peternakan di Kulonprogo di antaranya pemeriksaan sapi bunting denga USG

Harianjogja.com, KULONPROGO- Dwi Sulistyorini tidak menggunakan alat ultrasonography (USG) untuk memeriksa kondisi kandungan ibu hamil, melainkan sapi betina.

Advertisement

Dwi memang bukan dokter ahli kandungan yang menggelar praktek untuk manusia. Sejak 2004 lalu, alumnus kedokteran hewan Universitas Gajah Mada (UGM) ini mulai berkarir sebagai dokter hewan.

Saat itu pemeriksaan seputar reproduksi sapi masih terbatas hanya dengan cara eksplorasi rektal. Namun, kini kerja Dwi dan dokter hewan lainnya menjadi lebih mudah berkat kemajuan teknologi. Mereka juga sudah bisa memanfaatkan USG untuk memeriksa sapi.

Advertisement

Saat itu pemeriksaan seputar reproduksi sapi masih terbatas hanya dengan cara eksplorasi rektal. Namun, kini kerja Dwi dan dokter hewan lainnya menjadi lebih mudah berkat kemajuan teknologi. Mereka juga sudah bisa memanfaatkan USG untuk memeriksa sapi.

Dwi memaparkan, USG termasuk pendatang baru dalam dunia peternakan. Alat tersebut diperkenalkan pada sekitar 1,5 tahun lalu. Jumlahnya pun masih sangat terbatas, satu unit di Kulonprogo dan tiga unit lain di Sleman.

Wajar jika belum banyak pula dokter hewan yang berkesempatan mempelajari maupun mengoperasikan USG. Dia sendiri merasa beruntung karena mendapatkan bimbingan dari kampusnya dulu, UGM.

Advertisement

Saat ini, Dwi bertugas di Pos Kesehatan Hewan (Poskeswan) Galur, Kulonprogo. Sudah banyak pemeriksaan terkait reproduksi sapi yang dia lakukan dengan menggunakan USG.

Diagnosa yang tepat bisa menjadi rujukan andalan untuk mengatasi berbagai permasalahan reproduksi yang dialami sapi. Setelah ditindaklanjuti dengan perlakuan medis, sapi-sapi itu kemudian berhasil bunting dan beranak.

Beberapa sapi memang bisa mengalami permasalahan tertentu sehingga susah bunting. Dwi mengatakan, dia berusaha memberikan pemeriksaan dan berbagai treatment agar hal itu teratasi.

Advertisement

Meski begitu, usaha itu terkadang kurang mendapatkan dukungan dari pihak lain, termasuk peternak. Edukasi dan sosialisasi terkait kesehatan ternak pun terus ditempuh secara bertahap.

“Kadang sapi yang tidak bunting tapi sudah ditangani malah dijual. Padahal sapi betina itu murah kalau dijual,” ujar Dwi.

Kendati begitu, keterampilan menggunakan USG untuk mendiagnosis gangguan reproduksi pada sapi mengantarkan Dwi menjadi dokter hewan berprestasi tingkat DIY 2015. Dia kemudian mewakili DIY ke tingkat nasional dan menjalani penilaian oleh tim juri di Poskeswan Galur, Senin (9/5/2016) kemarin.

Advertisement

Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengungkapkan, dedikasi Dwi sebagai dokter hewan tidak diragukan lagi. Dwi rajin melakukan riset terkait penanganan gangguan kesehatan hewan ternak.

Dwi juga selalu mengasah kemampuannya, termasuk dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi. Dia bahkan melayani konsultasi via whatsaap maupun sms.

Menurut Hasto, kepedulian dan layanan yang diberikan Dwi mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya kalangan peternak. “Jika ternak sering bunting dan beranak, tentu sangat membantu peningkatan pendapatan masyarakat,” ucap Hasto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif