Jatim
Rabu, 11 Mei 2016 - 21:05 WIB

TEATER MAHASISWA : UKM Seiya STAIN Ponorogo Pentaskan "Laras"

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu adegan pertunjukan teater dengan judul Laras yang dipentaskan mahasiswa STAIN Ponorogo di Graha Wathoe Dhakon, Selasa (10/5/2016) malam. (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Teater mahasiswa berjudul Laras dipentaskan sejumlah mahasiswa STAIN Ponorogo.

Madiunpos.com, PONOROGO — Puluhan orang menonton pertunjukan teater dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seiya Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, Selasa (10/5/2016) malam di Graha Wathoe Dhakon.

Advertisement

Dalam pertunjukan tersebut, UKM Seiya menyuguhkan lakon berjudul Laras. Ini merupakan pentas produksi tahun 2016 yang diperankan sejumlah anggota UKM Seiya.

Para pemeran mengisahkan tokoh Pak Suryo yang memiliki sikap yang pelit dan sombong, sehingga para tetangga membencinya.

Advertisement

Para pemeran mengisahkan tokoh Pak Suryo yang memiliki sikap yang pelit dan sombong, sehingga para tetangga membencinya.

Pertunjukkan bermula saat Rejo dan Sarni, pembantu Pak Suryo, bercanda dan berbincang di ruang tamu. Melihat dua pembantunya itu bercanda, Pak Suryo pun langsung membentak dan memerintahkan keduanya bekerja dengan baik.

Pak Suryo pun memperkenalkan Rejo dan Sarni dengan burung baru yang dibelinya dari seorang pekerja bangunan dengan harga mahal.

Advertisement

Pak Suryo pun berpesan kepada dua pembantunya itu untuk tutup mulut dan tidak memberitahukan perihal burung itu kepada Juminten.

Suatu saat, burung yang memiliki bulu indah itu tiba-tiba menghilang dari kandangnya dan membuat Pak Suryo murka. Saking murkanya, Pak Suryo pun memanggil Pak Lurah untuk membantu mencari burung mahalnya itu.

Pak Suryo mulai memanggil seluruh warga di kampungnya dan mulai menginterogasi satu per satu warga. Seluruh warga yang dipanggil pun tidak ada yang mengaku, kemudian Pak Suryo memanggil mantan istrinya, Lasmi.

Advertisement

Dugaannya, beberapa waktu sebelum burung itu hilang, Lasmi mondar mandir di depan rumahnya. Pak Suryo pun menuduh Lasmi marah karena dicerai dan mencuri burungnya.

Selanjutnya, Pak Suryo memanggil Asri yang merupakan mantan kekasihnya. Saat diinterogasi, Asri pun mengatakan tidak tahu menahu soal burung yang hilang itu. Justru Asri membocorkan rahasia bahwa yang memutus hubungan mereka adalah Asri, karena merasa jijik terhadap ekor yang dimiliki Pak Suryo.

Hampir putus asa, Pak Suryo pun memanggil Karti dan Jumino yang juga dituduh mencuri Laras. Jawaban suami istri itu juga sama yaitu tidak tahu menahu mengenai hilangnya Laras.

Advertisement

Di tengah kebingungannya mencari Laras, tiba-tiba Juminten datang ke rumah dan kaget ada banyak tamu. Selanjutnya, dia menunjukkan uang senilai Rp5 juta hasil dari menjual burung cantik yang diketahuinya milik Rejo.

Seluruh orang di ruang itu pun tertawa terbahak-bahak, kecuali Pak Suryo, yang justru sedih karena burung bakal hadiah untuk istrinya itu dijual. Selanjutnya, Pak Suryo pun menjelaskan bahwa burung tersebut miliknya dan akan digunakan sebagai hadiah pernikahan.

Seluruh orang yang datang pun meminta bagian dari penjualan burung itu karena merasa dirugikan. Masing-masing orang yang datang meminta uang Rp1 juta. Sehingga seluruh uang hasil jual burung pun habis.

Meski jatuh miskin, justru Juminten sangat bahagia atas kondisi suaminya tersebut. Juminten bahagia karena suaminya mau bersedekah, meskipun dengan paksaan.

Penutupan cerita itu pun mendapat tepuk tangan dari seluruh penonton yang ada di ruangan tersebut.

Sutradara pertunjukkan Laras, Niwang Nijeng, mengatakan pemain di dalam pertunjukan Laras ini adalah Basith, Fauzia, Fera, Lilik, Wulan, Risal, Danang, Yunus, Farid, Tyara, Novia, Ajeng, dan Andhini.

Dalam pertunjukan tersebut juga diiringi tim musik dari Ongko Songo Etnic.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif