Soloraya
Minggu, 8 Mei 2016 - 22:00 WIB

Warga Bikin Petisi Tolak Penebangan Pohon Cemara Manahan Solo

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Penebangan pohon cemara Manahan Solo ditolak warga. Petisi pun dibuat.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pengunjung car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi menyuarakan penolakan rencana penebangan tujuh pohon cemara di depan Stadion Manahan untuk kepentingan pembangunan.

Advertisement

Perwakilan elemen warga yang tergabung dalam Forum Kota Solo segera menyampaikan petisi penolakan tersebut kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.

Salah seorang pengunjung CFD Jl. Slamet Riyadi, Erna Dewi, 26, mengaku terusik dengan wacana Pemkot yang berniat memangkas pohon cemara berusia puluhan tahun untuk mempercantik kompleks Plaza Manahan.

“Nuansa sejuk dan rindang di sekitar Stadion Manahan bisa hilang kalau pohon cemara di depan sana ditebang. Saya pribadi tidak suka dengan rencana tersebut. Manahan itu kan sentralnya ruang publik. Mungkin pemerintah bisa mencari alternatif selain menebang pohon,” tuturnya saat ditemuii Solopos.com selepas menandatangani petisi penolakan penebangan pohon cemara tua, Minggu (8/5/2016).

Advertisement

Pegiat Forum Kota Solo, Budi Prajitno, mengemukakan pihaknya tergerak menggalang tanda tangan untuk membuat petisi penolakan penebangan pohon cemara tua di depan Stadion Manahan lantaran proyek pembangunan Plaza Manahan akan segera dilanjutkan.

“Saat ini kelanjutan pembangunan Plaza Manahan sudah masuk tahap lelang. Dari DED yang muncul di dokumen, tidak ada revisi. Artinya sesuai rencana awal, tujuh pohon cemara tua bakal dibabat habis agar tidak menutupi arah pandangan ke patung Sukarno yang akan berdiri di sana,” terangnya.

Budi menyebut argumen pemerintah yang ingin menebang pohon demi kepentingan pembangunan taman tidak masuk akal. “Kalau pohon mati rawan tumbang atau pohon mengganggu instalasi listrik mau ditebang silakan. Tapi jangan kalau cuma untuk pembangunan. Kalau cuma untuk melihat patung Sukarno membaca, masih ada angle lain selain dari depan. Visual bukan gangguan,” jelasnya.

Advertisement

Pegiat Forum Kota Solo lainnya, Fuad Jamil, menambahkan penebangan pohon cemara di depan Stadion Manahan tidak sejalan dengan visi Kota Bengawan sebagai Eco Cultural City. “Satu pohon itu isu buat kota. Solo itu kota kecil. Ruangnya terbatas sekali. Butuh kreativitas ekstra untuk menanam dan mewujudkan ruang terbuka hijau 30%,” katanya.

Fuad mengatakan alih-alih menebang pohon, Pemkot Solo disarankan menambah kawasan ruang terbuka hijau dengan menetapkan sawah lestari di sejumlah lahan tersisa terakhir. “Kita masih punya sawah di Banyuanyar dan Karangasem. Kalau perlu pemerintah tidak usaha menebang pohon tapi justru menambah RTH dengan menetapkan sawah terakhir kita sebagai lahan lestari,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif