News
Minggu, 8 Mei 2016 - 15:39 WIB

KECELAKAAN PESAWAT : Puluhan Penumpang Luka Akibat 2 Kali Turbulensi Pesawat, Ini Penjelasannya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pesawat Hongkong Airlines berada di Bandara Ngurah Rai, Bali, Sabtu (7/5/2016). Pesawat yang membawa 204 penumpang dan 12 kru tersebut mengalami guncangan di udara akibat turbulensi sehingga menyebabkan sejumlah penumpang luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. (JIBI/Solopos/Antara/Wira Suryantala.

Kecelakaan pesawat berupa turbulensi terjadi 2 kali dalam sepekan terakhir di Indonesia. Inilah penjelasan turbulensi pesawat itu.

Solopos.com, JAKARTA — Dua pesawat penumpang milik maskapai asing mengalami turbulensi saat terbang di wilayah udara Indonesia kurang dari satu pekan. Keduanya adalah pesawat Etihad Airways EY-474 jurusan Abu Dhabi-Jakarta yang mengalami guncangan pada Rabu (4/5/2016) lalu, dan pesawat Hongkong Airways HX-6704 pada Sabtu (7/5/2016).

Advertisement

Akibat turbulensi itu, pesawat Etihad itu mengalami guncangan yang menyebabkan 31 penumpang mengalami luka ringan dan patah tulang. Sedangkan dua hari setelahnya, tiga penumpang pesawat Hongkong Airways mengalami luka berat dan lebih dari 17 penumpang luka ringan akibat turbulensi pada ketinggian 41.000 kaki. Pesawat kemudian mendarat kembali di Bandara Ngurah Rai.

Berdasarkan analisis yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui situs bmkg.go.id, turbulensi adalah fenomena aliran udara yang bervariasi pada jarak pendek. Hal ini disebabkan perbedaan suhu dan tekanan udara. Pada skala kecil, turbulensi memiliki ukuran puluhan hingga ratusan meter, dalam hitungan detik hingga beberapa menit, tetapi dapat berulang pada tempat yang sama atau daerah sekitarnya.

Kondisi ini sangat sulit dideteksi oleh peralatan pengamatan konvensional, pemodelan cuaca, ataupun satelit. Turbulensi bisa terjadi pada daerah konvektif dan pada daerah cuaca cerah.

Advertisement

Pada umumnya, turbulensi akibat awan konvektif mampu diantisipasi oleh pilot karena pesawat akan berusaha menghindari awan CB yang terdeteksi oleh radar di kokpit. Sedangkan turbulensi pada cuaca cerah seperti akibat mountain wave dan daerah sekitar awan CB, umumnya kurang diantisipasi.

Pesawat Etihad Airwayas EY-474

Kasus ini diduga akibat turbulensi disekitar Sumatra bagian Selatan pada 4 Mei 2016 pukul 13.00-14.00 WIB. Pada ketinggian 37.000 feet, pesawat mengalami gerak ke atas dan ke bawah. Akibatnya, penumpang yang sedang tidak berada pada tempat duduk terlempar ke atas dan ke bawah, serta barang-barang dalam bagasi kabin terlempar berhamburan menimpa penumpang yang duduk.

Advertisement

Diperkirakan kekuatan goncangan turbulensi ini pada tingkat severe. Pada level ini, menurut Federal Aviation Adminstration (FAA) pesawat mengalami perubahan ketinggian dan arah yang besar sehingga pesawat tidak dapat terkontrol dalam beberapa saat. Selain penumpang dan barang terlempar, penumpang yang duduk dengan seat belt akan merasakan terjepit parah.

Hongkong Airways HX-6704

Kejadian ini terjadi di ketinggian sekitar 41.000 kaki. Turbulensi ini juga diperkirakan dengan kekuatan tingkat severe, tetapi karena skalanya kecil.

“Kejadian beruntun dari turbulensi tingkat severe ini diindikasikan akibat peningkatan perbedaan kecepatan angin pada level atas pada level tropopause (39.000 – 45.000 kaki) Hal ini menyebabkan shear (perbedaan arah dan kecepatan) yang besar yang berpotensi pada kejadian Turbulensi,” demikian penjelasan BMKG, Minggu (8/5/2016) pagi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif