Jogja
Minggu, 8 Mei 2016 - 19:20 WIB

HASIL UJIAN NASIONAL : Corat-coret Seragam Masih Dilakukan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pelajar melakukan konvoi dengan mengenakan seragam yang telah dicorat-coret di sekitar wilayah Pengasih, Kulonprogo, Sabtu (7/5/2016). (Rima Sekarani I.N.)

Hasil ujian nasional masih diwarnai denga corat-coret seragam.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Kulonprogo mengeluarkan edaran kepada seluruh SMA/SMK sederajat mengenai larangan konvoi dan corat-coret seragam pada pengumuman kelulusan, Sabtu (7/5/2016). Antisipasinya, semua siswa kelas XII diwajibkan mengenakan pakaian adat jawa saat menerima pengumuman kelulusan di sekolah.

Advertisement

Kepala SMK Negeri 1 Pengasih, Erlan Djuanda mengaku telah menerima surat edaran dari Dindik Kulonprogo. Menurutnya, kewajiban memakai pakaian adat jawa tidak merepotkan. Hal itu karena siswa maupun guru sudah terbiasa menggunakannya, baik untuk kegiatan pengumuman kelulusan maupun peringatan hari kartini dan acara kebudayaan lain.

“Ini juga efektif untuk menghindari aksi corat-coret dan konvoi,” ungkap Erlan.

Erlan mengatakan, sebanyak 318 peserta ujian nasional (UN) di SMK Negeri 1 Pengasih dinyatakan lulus 100 persen. Nilai rata-rata ujian sekolahnya bahkan menduduki peringkat pertama untuk SMK di Kulonprogo dan termasuk urutan delapan tingkat DIY. Beberapa siswanya juga memperoleh nilai sempurna pada mata ujian matematika.

Advertisement

Pantauan Harianjogja.com, situasi pengumuman kelulusan SMA/SMK sederajat di Kulonprogo relatif kondusif dengan adanya imbauan memakai pakaian adat jawa. Namun, menjelang tengah hari, puluhan siswa tampak melakukan konvoi dengan sepeda motor dan melintas di sekitar wilayah Pengasih. Mereka tidak memakan pakaian adat jawa, melainkan seragam putih abu-abu yang sudah dicorat-coret.

Kepala Dindik Kulonprogo, Sumarsana menyayangkan aksi sebagian pelajar yang masih mencari kesempatan untuk corat-coret seragam dan melakukan konvoi. Menurut dia, seharusnya orang tua juga ikut mengawasi dan mendampingi anak-anaknya agar menghindari kegiatan yang tidak perlu.
“Jumlahnya tidak banyak. Ada juga yang corat-coret seragam tapi tidak konvoi di jalan,” kata Sumarsana.

Sementara itu, dua orang dari 3.599 peserta UN SMA/SMK sederajat dinyatakan tidak lulus. Mereka berasal dari SMK Negeri 1 Samigaluh dan SMK Muhammadiyah 1 Temon. Sumarsana mengatakan, nilai keduanya tidak mampu memenuhi standar minimal. Mereka selanjutkan diminta mengulang pembelajaran selama setahun ke depan.

Advertisement

“Dari dokumen yang kita terima, memang tidak memenuhi persyaratan untuk lulus. Harus mengulang karena ada proses pembelajaran yang belum terpenuhi,” ucap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif