Jogja
Minggu, 8 Mei 2016 - 14:20 WIB

EKONOMI KREATIF : Majunya Dunia Fashion Ikut Dongkrak Penjualan Kain Kiloan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pembeli sedang memilih-milih kain di Toko Kain Kiloan Jogja (KKJ) di Jl Urip Sumohardjo, Jogja, Jumat (6/5/2016). (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Ekonomi kreatif di jogja terus berkembang.

Harianjogja.com, JOGJA--Tata busana merupakan satu dari jenis ekonomi kreatif yang terus berkembang di Indonesia termasuk di DIY. Perkembangan tata busana juga berpengaruh pada pertumbuhan bisnis kain yang dijual secara kiloan.

Advertisement

Dampak itu turut dirasakan Toko Kain Kiloan Jogja (KKJ) yang menjadi langganan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang tata usaha. Pimpinan Cabang KKJ Panji Kurniawan mengungkapkan, kebanyakan pelanggannya adalah pelaku usaha UMKM tata busana dan konveksi kecil.

“Untuk UMKM menjadi lebih murah karena bisa beli kain dalam jumlah kiloan. Jatuhnya lebih murah,” ungkap dia ketika ditemui di Gerai KKJ di Jl Urip Sumohardjo, Jogja, Jumat (6/5/2016).

Advertisement

“Untuk UMKM menjadi lebih murah karena bisa beli kain dalam jumlah kiloan. Jatuhnya lebih murah,” ungkap dia ketika ditemui di Gerai KKJ di Jl Urip Sumohardjo, Jogja, Jumat (6/5/2016).

Ia menjelaskan, penjualan kain kiloan di tokonya per hari mencapai 200 kg hingga 500 kg. Namun, di saat musim libur panjang, justru ada penurunan. Rata-rata penjualan per hari sekitar 300 kg.

“Saat liburan, biasanya mereka fokusnya wisata. Tapi, kami harap mereka juga membeli kain,” ujar dia.

Advertisement

“Penjahit juga. Biasanya produk mereka dijual secara online. Itu target kami juga,” jelas dia.

Ia mengatakan, UMKM, penjahit, dan konveksi kecil lebih menyukai kain kiloan karena harga yang lebih terjangkau dan pilihan yang disediakan lebih banyak. Jika harus membeli kain secara meteran, seringkali membutuhkan modal yang lebih besar. Padahal, UMKM memiliki modal yang relatif kecil.

Ada banyak jenis kain yang disediakan misalnya katun, flanel, katun Jepang, bordir rajut, dan jenis kain lainnya. Saat ini, kain yang sedang digandrungi adalah kain flanel dan katun Jepang. Biasanya kain tersebut untuk membuat baju gamis.

Advertisement

Harga kain per kg pun berbeda tergantung dari jenisnya. Untuk kain yang paling mahal yakni katun Jepang, per kg Rp150.000 hingga Rp170.000. Satu kg kain biasanya berisi enam hingga tujuh meter kain. “Harga di luaran Rp40.000 hingga Rp50.000 per kg. Tentunya UMKM akan berat kalau belinya meteran,” ucap dia.

Sementara itu, kain yang paling murah adalah kain furing. Setiap kg kain furing dengan lebar lebih dari tiga meter dijual seharga Rp70.000. Satu kg kain furing setara dengan 15 meter kain furing. Selain dari DIY, pelanggannya berasal dari Semarang, Solo, dan Temanggung.

“Pasar di DIY ini sangat potensial,” ujar dia.

Advertisement

Untuk memperkuat branding, KKJ menggelar lomba foto Photography Moment Indoor Kainkiloan Jogja. Lomba ini terbuka untuk umum dan berhadiah Rp1 juta untuk juara pertama, Rp750.000 untuk juara kedua, Rp500.000 untuk juara ketiga, dan Rp100.000 untuk 10 orang juara harapan.

“Mereka bisa mengambil foto di dalam toko dan bisa bawa model sendiri,” ujar dia.

Seorang pembeli asal Prambanan, Sleman, Siti mengaku senang berbelanja kain secara kiloan. Pasalnya harga akan lebih murah dan kain yang didapat lebih banyak. Hal itu dinilai sangat cocok untuk memproduksi baju untuk dijual kembali. “Ini memang rencananya mau bikin baju untuk dijual lagi. Tapi, saya juga suka bikin baju untuk dipakai sendiri,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif