Soloraya
Kamis, 5 Mei 2016 - 12:00 WIB

PENGELOLAAN PARKIR SOLO : Dishubkominfo Dorong Pengurangan Jukir

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Juru parkir (Jukir) mengenakan seragam baru berupa baju lurik dan blangkon hitam saat apel di Jl. Slamet Riyadi, Solo, Kamis (1/8/2013). Penggunaan pakaian tradisional sebagai seragam juru parkir itu diharapkan bisa menjadi cerminan Solo sebagai kota budaya. (JIBI/SOLOPOS)

Pengelolaan parkir Solo, Jumlah jukir di Kota Solo sudah terlalu banyak mencapai 3.500 orang.

Solopos.com, SOLO–Dinas Perhubungan Komunikasi (Dishubkominfo) Solo mencatat jumlah juru parkir (jukir) di Kota Bengawan sudah terlalu banyak.

Advertisement

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perparkiran Dishubkominfo Solo, M. Usman membeberkan jumlah jukir yang beroperasi di berbagai wilayah di Solo kini mencapai sekitar 3.500 orang. Dia menyebut, jumlah kebutuhan jukir di Solo sebenarnya tidak sampai sebanyak itu. Usman mencontohkan jumlah jukir di Surabaya hanya mencapai 2.400 orang. Padahal luas wilayah Surabaya empat kali lipat dari Solo.

”Maka dari itu kami hanya butuh tenaga jukir hanya sekitar seperempat dari 3.500 orang yang telah ada. Apalagi selama ini tenaga jukir yang bekerja di wilayah Solo didominasi oleh warga dari luar daerah. Kondisi itu membuat kami terus melakukan evaluasi,” kata Usman kepada wartawan di Balai Kota (Balkot) Solo, Rabu (4/5/2016).

Berdasarkan data UPTD Perparkiran, Usman mengatakan hanya 35% jukir yang merupakan warga asli Solo. Sedangkan jukir lainnya berasal dari luar daerah. Usman berencana mengurangi jumlah jukir di Kota Bengawan. Salah satunya, lanjut dia, UPTD Perparkiran akan mengadakan pelatihan bagi para jukir agar bisa beralih pekerjaan. Usman ingin memberikan pelatihan wirausaha.

Advertisement

”Maka dari itu 35% jukir [dari Solo] ingin kami berikan treatment agar mereka bisa beralih pekerjaan. Kami ingin mereka bisa memperbaiki kualitas ekonomi masing-masing. Bahkan mungkin, apabila ada anggaran,  pemerintah bisa memberikan tambahan modal kepada para jukir dari Solo,” papar Usman.

Usman menyampaikan UPTD Perparkiran berencana mengurangi jumlah jukir lebih dari separuh. Idealnya, lanjut dia, Solo cukup hanya memiliki 1.200 jukir hingga 1.500 jukir. Selain soal jumlah jukir, Usman menguraikan UPTD Perparkiran juga tengah mengevaluasi terkait zona tarif parkir. UPTD Perparkiran membatalkan wacana penambahan tarif parkir di Solo.

Usman menegaskan persoalan parkir di Solo bukan mengutamakan hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD), melainkan pelayanan kepada masyarakat. Hal tersebut melatarbelakangi Pemkot  untuk tidak mengubah tarif parkir. Menurut Usman, kebijakan tersebut sudah dikonsultasikan dengan legislatif.

Advertisement

“Selama ini kami mengedepankan pelayanan, bukan PAD-nya. Kalau PAD yang kami utamakan, maka yang menjadi korban adalah lalu lintas Solo karena lahan akan diambil atau dialihkan untuk kawasan parkir. Selain itu, badan jalan akan semakin  sempit apabila digunakan untuk tempat parkir,” papar Usman.

Usman menyampaikan target PAD parkir di Solo senilai Rp3,5 miliar bisa tercapai. Keberhasilan tersebut membuat UPTD Perparkiran menaikan targetk PAD parkir pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp3,55 miliar. Meski menentukan target, Usman menegaskan UPTD Perparkiran tetap mengutamakan soal pelayanan.

Dijumpai terpisah, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, menyebut Pemkot tengah mengevaluasi tarif parkir di Solo. Bukan hanya soal tarif parkir, Pemkot juga tengah mengevaluasi soal pelayanan parkir, PAD parkir, sekaligus ketersediaan lahan parkir di Lota Bengawan. Menurut Rudy, Solo semakin krisis terhadap lahan parkir. Dia ingin membangun kantong-kantong parkir.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif