Jogja
Rabu, 4 Mei 2016 - 01:40 WIB

PROGRAM PEMDA DIY : Mei Dicangakan sebagai Bulan Bhakti Gotong Royong

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sri Sultan HB X saat melakukan kunjungan di Baron Teknopark di Desa Kanigoro, Saptosari, Kamis (3/12/2015) (JIBI/Harian Jogja/David Kurniawan)

Bulan bhakti gotong royong diharapkan makin mempererat persatuan dan jiwa kerja sama masyarakat.

Harianjogja.com, SLEMAN – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X mencanangkan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat ke-13 dan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-44 tingkat DIY di Balaidesa Tamanmartani Kalasan, Selasa, ditandai dengan pemukulan gong.

Advertisement

Sri Sultan dalam kesempatan tersebut menyampaikan pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong selama satu bulan penuh pada Mei ini, diharapkan menjadi titik ungkit bagi seluruh desa maupun kelurahan seluruh wilayah DIy untuk menemukenali kembali semangat gotong royong.

“Kegiatan ini sebagai sarana untuk membangkitkan kembali gotong-royong sebagai aktifitas yang nyata sekaligus menyatu, dengan dukungan semua elemen masyarakat desa, termasuk lembaga kemasyarakatan desa dalam hanyengkuyung luhuring tatacara-pranatan kehidupan yang selaras dengan alam semesta dan keharmonisan sesama manusia,” katanya seperti dikutip Antara, Selasa (3/5/2016).

Menurut dia, saat ini pemerintah sedang mencari identitas baru atas pilihan pembangunan ekonomi, yang diinspirasi dari tiga poin penting nawacita, yakni membangun dari pinggiran, peningkatan produktifitas rakyat, dan kemandirian ekonomi.

Advertisement

“Istilah ‘pinggiran’ merupakan frasa populer untuk membenturkan dengan wilayah pusat dengan wilayah perdesaan. Desa diposisikan sebagai pusat arena pembangunan, bukan lagi semata lokus keberadaan sumber daya yang dengan mudah dieksplotasi oleh wilayah lain, seperti kota untuk beragam kepentingan,” katanya.

Ia mengatakan, perhatian ke wilayah desa menjadi semakin luar biasa, begitu terbitnya Undang-undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Desa digelontor dana desa, untuk digunakan membangun wilayahnya secara berkelanjutan, di atas tiga pilar.

“Pertama, mengarusutamakan penguatan kapabilitas manusia sebagai inti pembangunan sehingga mereka menjadi subjek-berdaulat atas pilihan-pilihan yang diambil. Kedua, mendorong geliat ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemilik dan partisipan gerakan dan ketiga, mempromosikan pembangunan yang meletakkan partisipasi warga dan komunitas sebagai akar gerakan sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain,” katanya.

Advertisement

Pada kesempatan tersebut Gubernur mengajak untuk melakukan revolusi mental dari diri kita sendiri, dengan beralih dari “mental kodok ke mental semut”, mental kodok, seperti dalam lagu kodok ngorek, selalu “thetheyotan”, artinya gemar berebut kekuasaan.

“Kodok itu jika sudah ‘ngorek’ dengan gaya ‘theyot theblung’, teman sendiri saja disingkirkan, bahkan kalau perlu dilakukan dengan cara semena-mena,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif