Jogja
Rabu, 4 Mei 2016 - 16:20 WIB

PEMBANGUNAN DESA : Sultan Tegaskan Desa Jadi Pusat Pembangunan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga dan relawan bergotong royong mengangkat batu untuk membenahi longsoran yang merusak jaringan pipa air bersih di Kawasan Sabo Dam Kalikuning, Plunyon, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Jumat (1/4/2016). (Foto istimewa)

Pembangunan desa kini menjadi identitas untuk pembangunan ekonomi

Harianjogja.com, SLEMAN- Pemerintah saat ini tengah mencari identitas baru atas pilihan pembangunan ekonomi. Membangun dari pinggiran, peningkatan produktifitas rakyat, dan kemandirian ekonomi. Desa pun diposisikan sebagai pusat pembangunan.

Advertisement

Menurut Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, pilihan pemerintah untuk membangun desa memiliki banyak tujuan. Desa bukan lagi semata lokus keberadaan sumberdaya yang dengan mudah dieksplotasi oleh wilayah lain. Misalnya, untuk beragam kepentingan masyarakat kota.

“Perhatian pemerintah untuk membangun desa luar biasa. Ini terbukti dengan lahirnya UU No.6/2014 tentang Desa,” kata Sultan di Balai Desa Tamanmartani, Kalasan, Selasa (3/5/2016)

Fokus pembangunan desa juga dilaksanakan di DIY melalui bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat yang digelar ke 13 kalinya dan Hari Kesatuan Gerak PKK ke 44. Kegiatan tersebut senyampang dengan upaya pemerintah pusat saat ini untuk mendukung pembangunan desa.

Advertisement

“Desa digelontor dengan dana desa. Dana itu digunakan untuk membangun wilayahnya secara berkelanjutan, diatas tiga pilar,” katanya.

Selain mengarusutamakan penguatan kapabilitas manusia sebagai inti pembangunan, pencairan dana desa juga mendorong geliat ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemilik dan partisipan gerakan.

Pembangunan desa dengan dana desa juga untuk melibatkan partisipasi warga dan komunitas sebagai akar gerakan sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya.

Advertisement

Pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong selama Mei 2016, kata Sultan, diharapkan menjadi titik balik bagi seluruh desa maupun kelurahan di DIY untuk menemukan kembali semangat gotong royong yang memudar. Bagi Sultan, gotong royong itu aktifitas yang nyata sekaligus menyatu dan didukung semua elemen masyarakat desa.

“Masyarakat menyatu dalam hanyengkuyungluhuring tatacara-pranatan atau kehidupan yang selaras dengan alam semesta dan keharmonisan sesama manusia,” ujarnya.

Sementara Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan, pemanfaatan dana desa tentu saja akan menjadi lebih optimal jika melibatkan berbagai elemen masyarakat.

Untuk itu, Pemkab mengajak masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan seluruh elemen lainnya agar menjadi mitra pemerintah desa. “Pembangunan desa melalui gotong royong merupakan salah satu jati diri dan merupakan kearifan lokal masyarakat kita,” ujar Sri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif