Kolom
Rabu, 4 Mei 2016 - 05:30 WIB

GAGASAN : Pertaruhan Sekolah Model Baru

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mohamad Ali (Istimewa)

Gagasan Solopos, Selasa (3/5/2016), ditulis Mohamad Ali. Penulis adalah pengajar Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Pengasuh Perguruan Muhammadiyah Kota Barat, Solo.

Solopos.com, SOLOSolopos edisi 26 April 2016 membedah secara selintas fenomena  kemunculan sekolah model baru dengan sebutanprogram khusus” (PK) dalam berita berjudul Demam Sekolah PK Menggejala.

Advertisement

Menurut saya, ini sebuah tema yang seksi, menantang, dan menarik untuk diperbincangkan lebih mendalam. Saya sebut menantang karena derap langkah inovasi pendidikan, dalam hal ini dunia persekolahan, niscaya berdampak besar dan luas terhadap proses pembentukan generasi muda.

Maju mundurnya bangsa ini di masa depan banyak ditentukan oleh kualitas sekolah, ruang di mana anak-anak mengalami proses pendewasaan. Benar bahwa label PK semakin populer. Label ini tak hanya muncul di wilayah Soloraya, namun juga merambah berbagai kota di Jawa.

Di ujung timur ada SD Muhammadiyah PK Sidoarjo. Di ujung barat ada SD Muhammadiyah PK Majenang, Cilacap. Di ujung utara ada Madrasah Ibtidaiah Muhammadiyah (MIM) PK Pati. Bukan hanya yayasan Islam yang menempelkan label PK di belakang nama skeolah, tapi juga ada dari yayasan non-Islam.

Advertisement

Setahu saya, pionir yang memperkenalkan istilah itu adalah SD Muhammadiyah PK Kota Barat, Solo, pada 2000. Ini terinspirasi Munawir Sjadzali yang kala menjadi Menteri Agama menggagas Madsrah Aliah Negeri (MAN) PK. Sebelum mengemuka PK juga pernah populer label sekolah ”Islam terpadu (IT) yang belakangan ini agak meredup.

Permasalahanya adalah apa dampak ”demam” PK bagi kemajuan dunia pendidikan? Kalau hanya sekadar latah alias ikut-ikutan atau hanya untuk kepentingan bisnis sekolahan, saya yakin tidak akan berdampak besar terhadap upaya memajukan kualitas pendidikan dan mutu sekolah.

Paling-paling hanya akan memberikan efek kejut pada masyarakat dan sekolah yang memakainya memperoleh sedikit curahan atau luberan nama baik dari label itu. Kelatahan seperti itu tidak mungkin bisa bertahan lama, istilah orang Jawa sekadar obor blarak.

Sejarah dan masyarakat tentu mencatat secara cermat sekolah mana yang latah, mana yang bisnis, dan mana yang memang sungguh-sungguh meningkatkan mutu. Dalam setiap perbincangan ihwal sekolah unggul (excellence school) selalu ditampilkan fasilitas atau gedung sebagai sarana belajar.

Advertisement

Dalam konteks pengembangan sekolah, hal-hal demikian sesungguhnya bersifat atributif, tetapi acap kali malah lebih ditonjolkan. Kalau persepsi demikian terus dipertahankan, bisa membahayakan masa depan anak-anak bangsa itu sendiri.

Para konglomerat dengan limpahan uang yang dimiliki bisa dalam waktu singkat mendirikan sekolah dengan kekuatan financial, padahal nilai-nilai yang diusung belum tentu sesuai dengan prinspip-prinsip sekolah yang baik. Di balik yang atributif itu sebenarnya ada hal-hal yang jauh lebih esensial (menginti), yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan kepemimpinan dan budaya sekolah.

Esai singkat ini berupaya menelisik lebih dalam ciri khas dan nilai-nilai yang melekat pada sekolah unggul yang umumnya ditawarkan oleh sekolah model baru. Dengan penerangan ini, publik bisa lebih cermat dan bijak dalam membaca, menimbang dan menilai mutu suatu sekolah. [Baca selanjutnya: Memanusiakan Manusia]Memanusiakan Manusia  

Mutu sekolah adalah kunci kemajuan bangsa (kaum/umat). Situasi sekolah saat ini mencerminkan wajah bangsa ini di masa depan. Pendidikan atau sekolah sesungguhnya wahana memanusiakan manusia muda (humanisasi).

Advertisement

Anak-anak yang saat ini tengah mengenyam pendidikan di sekolah adalah calon pemimpin bangsa masa depan. Bila mereka tumbuh dalam lingkungan sekolah yang ramah anak, ide-ide mereka dihargai, desain belajar menggembirakan, guru-guru inspiratif, dan budaya sekolah bersih-demokratis maka besar kemungkinan mereka akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang paripurna (insan kamil).

Mereka tumbuh dalam suasana pendidikan yang memanusiakan manusia (proses humanisasi) sehingga bertumbuh menjadi manusia dewasa yang humanis. Jika yang terjadi adalah kebalikannya, lingkungan sekolah penuh tekanan, pembelajaran bersifat text book, budaya sekolah kumuh-otoriter, dan penampilan guru birokratis-keminter maka peluang generasi muda untuk menjadi manusia hipokrit, serakah, gila jabatan (mental priayiisme) terbuka lebar.

Hal ini terjadi karena sekolah sebagai wahana pendewasaan melakukan proses dehumanisasi, memerosotkan nilai-nilai kemanusiaan. Di titik inilah sebenarnya urgensi perbincangan inovasi maupun perbaikan sekolah.

Apakah kehadiran sekolah-sekolah model baru dengan beragam label yang menempel pada nama sekolah merupakan suatu proses humanisasi atau yang terjadi malah fenomena sebaliknya? Untuk menghindari debat kusir, berikut saya tawarkan peranti analisis untuk menilainya.

Advertisement

Titik perbedaan sekolah reguler (model lama) dengan sekolah model baru terletak pada orientasi berpikir pengelolanya. Sekolah model lama cenderung berorientasi ke belakang, bangga dengan kegemilangan dan prestasi yang diukir pada masa lalu.

Sekolah model baru berorientasi ke depan, yaitu dengan membangun harapan baru akan pendidikan yang lebih cerah dan menjanjikan. Bertitik tolak dari perbedaan orientasi tersebut, dapat diketahui bahwa fondasi sekolah reguler adalah tradisi.

Artinya, sesuatu yang telah lama terpelihara dijadikan pegangan dan dianggap sebagai suatu kebenaran oleh para pengelola dalam mengembangkan sekolah. Sebagai contoh, ketika ada ide inovasi maka secara serentak akan ditolak karena menyalahi pakem, dianggap nyalahi adat, nyleneh, neka-neka.

Sekolah model baru berlandaskan inovasi dan kreativitas. Para pengelolanya dinamis, energik, penuh gagasan, dan tidak sungkan untuk melakukan hal-hal baru. Mereka merasa tidak ada pakem yang dilanggar dan belum mempunyai model yang benar-benar mapan.

Eksperimen dan penjajagan ruang-ruang baru menjadi mantra warga sekolah dalam bekerja. Bekal atau modal mengelola sekolah reguler tidak serumit pengelolaan sekolah model baru. Asalkan memenuhi standar minimal atau ketentuan umum yang berlaku, kerja standar sesuai dengan tradisi/kebiasaan dan pakem sekolah yang sudah ditentukan, maka urusan selesai.

Untuk menjadi pengelola sekolah model baru bekalnya lebih kompleks. Di samping harus memenuhi standar minimal yang ditetapkan pemerintah juga dibutuhkan kemampuan dan keberanian melakukan inovasi.

Advertisement

Di atas dikemukakan perbedaan antara sekolah reguler dengan sekolah model baru secara diametral sebagai upaya membangun tipologi ideal (ideal type) sehingga mudah dikenali titik-titik perbedaanya.

Secara konseptual hal itu dimungkinkan, namun pada dataran sosiologis di kancah ciri-ciri itu berlaku relative dan amat cair. Dalam kehidupan nyata proses interaksi sosial antarpengelola terus berlangsung sehingga sangat dimungkinkan terjadi proses pertukaran ide di antara mereka.

Ini artinya kategori-kategori itu bersifat dinamis. Para pengelola sekolah reguler bisa jadi cepat belajar dan menyerap nilai-nilai positif di sekolah model baru sehingga sekolah reguler bertransformasi menjadi sekolah model baru.

Hal itu juga berlaku sebaliknya. Pengelola sekolah model baru seiring perkembangan sekolah mulai terjebak pada lilitan birokrasi dan terperangkap pada jebakan tradisi yang diciptakannya sendiri.

Ketika situasi ini terjadi, dengan sendirinya sekolah model baru telah menjadi sekolah reguler. Bagaimanapun kehadiran sekolah model baru telah meningkatkan iklim kontestasi antarsekolah sehingga publik disuguhi banyak pilihan sekolah yang baik.

Sekolah unggul (teladan) model lama yang telah puluhan tahun merajai nilai Ujian Nasional (UN) belakangan ini mulai tergeser oleh sekolah unggul model baru. Kontestasi ini akan semakin ketat dan rumit.

Pemenangnya adalah sekolah yang dikelola dengan kepemimpinan tangguh nan visioner, berwawasan luas, dan bertindak secara luwes. Di sinilah pertaruhan sekolah model baru mendapat ujian yang sesungguhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif