Jatim
Rabu, 4 Mei 2016 - 13:05 WIB

BANGUNAN AMBRUK MADIUN : Lapuk, Bangunan Eks SDN 2 Simo Madiun Roboh

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Puing bangunan SDN 2 Simo di Desa Simo, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, yang roboh. (Youtube)

Bangunan ambruk Madiun ini terjadi pada sekolah kosong yang dulu SDN 2 Simo.

Madiunpos.com, MADIUN – Tiga ruang bekas SDN 2 Simo di Desa Simo, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, tiba-tiba roboh diduga akibat kondisi bangunan lapuk dimakan usia.

Advertisement

Bangunan SD Inpres yang dibangun pada tahun 1975 itu telah lama kosong dan tidak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

“Bangunan sekolah itu sudah lama kosong karena siswanya digabung dengan sekolah lain, yakni SDN 1 Simo yang letaknya bersebelahan. Alasan penggabungan itu karena jumlah murid yang ada semakin tahun semakin sedikit,” ujar Kepala SDN 2 Simo, Heru Santoso, kepada wartawan, Selasa.

Menurut dia, tiga ruang di SDN 2 Simo tiba-tiba saja roboh tanpa ada hujan ataupun angin kencang. Beruntung saat roboh, tidak ada siswa yang bermain di sekitar bangunan tersebut.

Advertisement

Heru menjelaskan sebelum akhirnya tutup dan roboh, SDN 2 Simo baru dua kali direnovasi, terakhirpada tahun 2006. Sejak itu, akhirnya SDN 2 Simo kian ditinggalkan siswanya.

“Jumlah siswanya dari tahun ke tahun semakin berkurang, akhirnya Dinas Pendidikan setempat memutuskan untuk menggabungnya dengan SDN 1 Simo,” terang Heru.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun Suhardi menyatakan tidak ingin terlalu mempersoalkan kejadian robohnya bangunan itu.

Advertisement

“Untuk sementara, gedung SDN 2 Simo yang roboh itu, akan kami laporkan ke aset daerah mengingat sekolah tersebut dibangun di tanah kas desa,” kata Suhardi.

Terkait penggabungan sekolah SDN 2 Simo dengan SDN 1 Simo, pihaknya masih berencana menggabung 19 SD lain di Kabupaten Madiun.

Belasan sekolah itu sengaja dimasukkan dalam daftar regrouping atau digabung karena jumlah siswanya kini tidak pernah mencapai hingga 100 siswa.

“Sekolah memang sebaiknya digabung jika jumlah siswa kelas I hingga VI tidak lebih dari 60 siswa. SD yang bakal digabung itu tersebar di Kecamatan Jiwan, Geger, Wungu, Sawahan dan Mejayan,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif