Jogja
Selasa, 3 Mei 2016 - 22:20 WIB

KEKERASAN SLEMAN : Lagi, Pelajar Meninggal, Diduga Dianiaya Oknum Polisi

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan (Dok/JIBI/Solopos/Antara)

Kekerasan Sleman dialami seorang pelajar.

Harianjogja.com, SLEMAN – Andika Dwi Asrofi, 17, pelajar SMK Maarif 2 Sleman meninggal dunia diduga karena dianiaya oknum polisi seusai terlibat kecelakaan di Kadiluwih, Margorejo, Tempel, Sleman pekan lalu.

Advertisement

Setelah menjalani perawatan sekitar tiga hari di rumah sakit, korban menghembuskan nafas terakhirnya pada, Senin (2/4/2016) dan dimakamkan Selasa (3/4/2016). Tak terima atas dugaan penganiayaan tersebut, keluarga korban melapor ke Polda DIY meminta kasus itu diusut hingga tuntas.

Kakak korban yang bernama Kusnia Aprilia Sintosari menjelaskan, peristiwa itu terjadi saat adiknya akan bermain dari rumah temannya pada Jumat (29/4/2016) malam. Setibanya di rumah teman lalu pamit untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) motornya di kawasan Margorejo, Tempel. Saat perjalanan itulah setibanya di Dusun Kadiluwih terlibat kecelakaan dengan seorang pengendara motor berinisial EY yang diketahui sebagai anggota Polres Sleman.

“Saat itu adik saya tidak memakai helm karena dekat, helm digantungkan saja,” ungkapnya saat ditemui sejumlah wartawan di rumahnya, Selasa (3/4/2016).

Advertisement

Ia mendapat informasi kecelakaan itu dari teman adiknya dan langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP). Saat itu korban EY yang dikabarkan kakinya patah sudah dibawa ke rumah sakit. Tetapi ia melihat adiknya terkapar di pinggir jalan tak sadarkan diri.

Berdasarkan informasi dari teman adiknya beberapa saat setelah kejadian di TKP, kata dia, datang juga seorang oknum polisi berinisial BY yang merupakan anggota Ditsabhara Polda DIY. BY adalah adik ipar dari korban EY yang patah kaki. Diduga karena emosi, teman korban melihat korban Andika dipukul oleh BY di bagian kepala hingga tersungkur. Dugaan tindak penganiayaan itu dilakukan BY saat masih mengenakan seragam berupa kaos warna coklat yang menjadi identitas anggota Polri.

Bahkan, lanjutnya, istri korban EY juga datang ke TKP dan memarahi korban yang sudah tersungkur akibat hantaman tangan BY. Mereka menuduh adiknya Andika yang tersungkur akibat mabuk karena miras. Padahal ia memperkirakan sebenarnya pingsan karena gegar otak akibat pukulan.

Advertisement

“Istri korban yang patah tulang [EY] bilang, kowe tangi [kamu bangun], kowe ki mabuk [kamu mabuk], rasah aleman [jangan cengeng]. Rung kapok po kowe diantemi [belum jera kamu dipukuli] adikku [BY]. Dia tidak percaya kalau adik saya itu memang pingsan dan benar tidak sadar sejak saat itu hingga meninggal,” ungkap Aprilia sembari menghela nafas panjang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif