Jogja
Minggu, 1 Mei 2016 - 23:20 WIB

Sensus Ekonomi 2016 Dimulai, 500.000 Pelaku Usaha DIY Jadi Sasaran

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur DIY Sri Sultan HB X ketika berbincang dengan Kepala BPS DIY J Bambang Kristianto (dua dari kanan) di Kraton Kilen, Komplek Kraton Jogja, Minggu (1/5/2016). (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Sensus Ekonomi 2016 dimulai per 1 Mei ini.

Harianjogja.com, JOGJA—Sensus Ekonomi mulai dilakukan 1 Mei 2016. Ada sekitar  500.000 pelaku usaha di DIY yang menjadi sasaran.

Advertisement

(Baca Juga : SENSUS EKONOMI 2016 : Seluruh Sektor Usaha Disurvei, Kecuali Pertanian)

Kepala BPS DIY J Bambang Kristianto mengatakan, Sensus Ekonomi akan dilakukan pada 1-31 Mei 2016. Sebanyak 6.071 petugas turun ke lapangan untuk melakukan sensus kepada sekitar 500.000 pelaku usaha di DIY di mana 94% bergerak dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Ia menjelaskan, tujuan umum dari Sensus Ekonomi 2016 ini untuk mendapatkan gambaran profil atau karakteristik ekonomi di DIY pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Advertisement

“Sehingga nantinya ada peta potensi ekonomi di Indonesia dan DIY. Kita juga akan tahu berapa distribusi ekonomi DIY,” ujar dia kepada wartawan di Pura Pakualaman, Jogja, Minggu (1/5/2016).

Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil survei sebelumnya, komposisi ekonomi di DIY untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah antara lain 11% dari sektor pertanian, 13% dari pengolahan, 10% dari akomodasi, 10% dari konsumsi, 10% dari pendidikan, dan 10% dari komunikasi.

“Apakah strukturnya masih seperti ini? Karena ini sejak 2006. Kalau kita petakan, bisa lihat ke depan bagaimana potensinya sehingga bisa memformulasikan kebijakan dan menentukan srategi ke depan sesuai struktur ekonomi DIY,” kata dia.

Advertisement

Petugas melakukan sensus kepada pengusaha di 18 lapangan usaha misalnya pertambangan dan penggalian, konstruksi, aktivitas keuangan dan asuransi, pendidikan. Ia berharap para pengusaha mau berkooperasi dalam Sensus Ekonomi 2016.

“Sebelumnya, kami sudah pernah try out. Kesulitannya, banyak pemilik usaha menolak diwawancara karena dipikir akan ketahuan omzetnya dan berhubungan dengan pajak,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif