News
Jumat, 29 April 2016 - 16:23 WIB

Maret 2016 Merupakan Maret Terpanas Sepanjang Sejarah, Ini Penjelasan Ahli

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (istimewa)

Maret 2016 menurut para peneliti merupakan Maret terpanas sepanjang sejarah.

Solopos.com, JAKARTA – Bulan Maret 2016 tercatat sebagai Maret terpanas sepanjang sejarah. Rata-rata suhu udara harian pada Maret 2016 naik 1,35 derajat celcius dari tahun-tahun sebelumnya.

Advertisement

“Belum pernah sebelumnya suhu rata-rata di bulan Maret, sepanas Maret 2016. Ini adalah suhu terpanas sepanjang sejarah,” ujar peneliti Institute of Deliverology Indonesia (IdeA), Agus P. Sari di Auditorium DR Soedjarwo, dalam Seminar Nasional REDD+ Indonesia Day yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di Kompleks Manggala Wanabakti, Senayan, Jumat (29/4/2016) seperti dilansir detikcom.

Acara bertema “Moving REDD+ Indonesia Forward: Resolving Challenges” ini digelar untuk membahas tindak lanjut Paris Agreement. Paris Agreement adalah kesepakatan 179 negara untuk berkomitmen menjaga kestabilan suhu global bumi untuk tidak naik lebih dari 2 derjat celcius setiap tahunnya.

Dalam presentasinya, Agus tidak menjabarkan berapa rata-rata suhu di bulan Maret pada tahun-tahun sebelumnya. Dia hanya menjelaskan, suhu di bulan Maret 2016 rata-rata naik 1,36 derajat celcius dibanding tahun-tahun sebelumnya

Advertisement

Kondisi serupa juga terjadi di bulan Februari 2016. Pada bulan Februari di tahun sebelumnya, tidak pernah dicapai suhu rata-rata setinggi di tahun 2016. Diprediksi pada tahun 2017, rekor suhu tersebut akan dipecahkan kembali.

“Begitu juga di Februari 2016, suhu rata-rata bulan Februari sebeluklmnya tidak pernah ada yang lebih tinggi dari ini. Diprediksi, tahun depan rekor-rekor ini akan kembali terpecahkan,” tutur Agus.

Dari seminar ini diharapkan dikumpulkannya gagasan untuk implementasi REDD+ Indonesia secara penuh, pre-2020 dan post-2020. Dalam pelaksanaannya, seminar ini digelar atas kerja sama dengan Norway-UNDP, GIZ-Forclime dan Mitra REDD+ Indonesia.

Advertisement

“Jumlah negara sebanyak itu sejumlah 90 persen negara di dunia Tingginya kehadiran negara pada Paris Agreement itu menunjukkan keinginan dari tiap negara untuk menekan naiknya suhu setinggi 2 derajat celcius per tahunnya,” tutur Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Nur Masripatin

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif