Soloraya
Kamis, 28 April 2016 - 05:00 WIB

PKL SOLO : Akademisi: Relokasi PKL Sunday Market Kebijakan yang Reaksioner

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sunday market manahan (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

PKL Solo, wacana relokasi PKL Sunday Market dinilai bukan kebijakan yang tepat.

Solopos.com, SOLO–Pemindahan 1.539 pedagang kaki lima (PKL) Sunday Market yang biasa menggelar pasar tumpah setiap Minggu ke sejumlah lokasi baru demi mengembalikan fungsi Stadion Manahan sebagai tempat olah raga yang nyaman dinilai bukan kebijakan yang tepat. Optimalisasi penataan di ruang publik tersebut dipandang sebagai solusi yang lebih bijaksana.

Advertisement

Hal itu dikemukakan pengamat tata kota, Kusumastuti, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (27/4/2016) sore. “Muara persoalannya ada di penataan pedagang. Yang dikontrol perilaku pedagangnya. Kalau dipindah di tempat lain, ujung-ujungnya juga memicu persoalan sejenis di tempat lain. Saya kira relokasi kebijakan yang reaksioner. Lebih baik diupayakan penataan,” terangnya.

Akademisi Fakultas Teknik UNS Solo ini menjelaskan beberapa poin penataan di antaranya pedagang diberikan lapak tetap, pembuatan zonasi berdasarkan penjualan, penyusunan kelompok yang dibuat per zona, bila perlu ada pembagian jam beroperasi pagi dan sore hari agar Stadion Manahan tidak penuh sesak pasar tumpah.

“Pedagang bertanggung jawab pada kebersihan dan kerapihan lapaknya. Kelompok bertanggung jawab mengawasi. Kalau tidak manut, jangan segan mengeluarkan yang bandel,” jelasnya.

Advertisement

Kusumastuti menjabarkan persoalan relokasi bukan perkara kecil bagi ribuan pedagang. Selain harus mempertimbangkan aspek lokasi baru yang tidak terlalu jauh dari tempat sebelumnya, dibutuhkan daya dukung lain seperti potensi perputaran ekonomi, nilai lokasi baru, ketersediaan lahan parkir, kelancaran arus lalu lintas, sampai dukungan lingkungan sekitarnya.

Disinggung soal opsi usulan yang mengemuka di antaranya Alun-alun Kidul Keraton Solo, Benteng Vastenburg, pelataran Pura Mangkunegaran, dan tepi Jl. Jayawijaya Mojosongo, Kusumastuti menilai usulan tersebut tidak tepat. Dia menyarankan pemerintah memanfaatkan asetnya sendiri di sekitar Stadion Manahan misalnya pelataran Kantor Dishubkominfo Solo.

“Kompleks Keraton Solo, Benteng Vastenburg, dan Pura Mangkunegaran itu kawasan dan masuk bangunan cagar budaya. Kalau misal ada kunjungan dari UNESCO, nilai historisnya bisa tereduksi. Apalagi ini untuk kegiatan rutin, saya kira nanti bakal rentan masalah,” paparnya.

Advertisement

Secara terpisah, Yang Melaksanakan Tugas (YMT) Dinas Urusan Istana Mangkunegaran, Supriyanto Waluyo, saat ditemui Solopos.com di kompleks istana setempat, menegaskan pelataran Pura Mangkunegaran hanya diperuntukkan bagi kegiatan seni budaya yang sifatnya insidental, bebas dari kegiatan komersial, serta bebas dari kegiatan keagamaan.

“Sampai sekarang izin pemanfaatan lahan belum masuk sini. Yang memutuskan nanti Raja. Tapi beliau pernah dhawuh di sini tidak boleh dipakai kegiatan komersial. Apalagi itu sifatnya rutin,” ujarnya.

Supriyanto menyarankan pemerintah atau PKL Sunday Market mencari alternatif lokasi lain di luar kompleks istana. “Pemerintah lahan luasnya banyak, kenapa harus memakai lahan swasta. Kalau jadi di sini, pastinya juga akan mengganggu akses pariwisata di sini. Padahal selama ini tumpuan pendapatan kami dari kunjungan pariwisata saja,” ungkapnya.

Senada dengan perwakilan Pura Mangkunegaran, Lurah Mojosongo Agus Triyono menyebut opsi relokasi ke Jl. Jaya Wijaya juga tidak tepat. “Di sana setiap hari minus PKL saja jalanan sempit sudah cukup padat dan kadang-kadang macet. Apalagi ditambah seribuan pedagang. Saya kira kurang pas kalau di Jl. Jayawijaya,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif