Jogja
Kamis, 28 April 2016 - 08:20 WIB

MUBENG BERINGHARJO : Penumpang Andong Semakin Berkurang

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kusir andong, Budi Raharjo alias Sisar (kanan) duduk di atas andong menunggu penumbang sembari menunggu kuda menghabiskan pakan, Selasa (26/4/2016). (Bernadheta Dian Saraswati /JIBI/Harian Jogja)

Mubeng Beringharjo kali ini mengajak pembaca mengetahui kehidupan andong

Harianjogja.com, JOGJA-Andong merupakan salah satu alat transportasi tradisional yang masih mudah dijumpai di Jogja. Setiap berjalan-jalan di kawasan Malioboro, gerobak yang ditarik oleh kuda dan dikemudikan seorang kusir ini kerap ditemukan sedang mangkal di titik tertentu.

Advertisement

Seperti yang ditemui Harian Jogja, Selasa (26/4/2016) pagi, tiga andong tampak sedang diparkirkan di sebelah timur Pasar Beringharjo. Di situ, para kusir sedang duduk santai di atas dokarnya setelah ngombor atau memberi makan kuda mereka masing-masing.

Salah satu kusir bernama Budi Raharjo, 58, sudah menjalani profesi itu sejak 25 tahun. Dulu, profesi sebagai kusir sangat dipandang wah karena menjadi transportasi andalan bagi masyarakat yang hendak pergi ke Pasar Beringharjo.

“Dulu, telung tangkep [tiga kali pulang pergi] dijalani dari Kotagede-Beringharjo,” kata pria yang akrab disapa Sisar ini.

Advertisement

Di luar wisatawan pun banyak masyarakat yang menggunakan andong sebagai transportasi. Namun saat ini, jumlah pelanggannya semakin berkurang. Eksistensinya sebagai alat transportasi tradisional pun semakin turun.

Sisar menyebut, banyaknya masyarakat yang sudah memiliki kendaraan pribadi menjadi faktor berkurangnya minat mereka menaiki andong. “Setitik-setitik HP. Aku neng kene tulung dipetuk, terus sedulure metuk (Sedikit-sedikit telepon genggam. Aku di sini tolong dijemput, lalu saudaranya menjemput),” kata Sisar.

Tak jarang ia tidak mendapat pemasukan dalam sehari. Padahal ia harus memberi makan kuda betinanya yang berumur tiga tahun itu. Setidaknya ia harus mengeluarkan Rp20.000 untuk memberi pakan ramban (daun kacang) dan bekatul. Untuk memberi kekuatan pada  kuda, Sisar juga masih membutuhkan uang untuk membeli suplemen berupa jamu telur jawa.

Advertisement

Beruntung, istrinya memiliki pekerjaan sebagai pedagang di pasar tradisional. Ia tak segan-segan meminta sedikit penghasilan istrinya untuk merawat kuda kesayangannya.
Andong hanya akan ramai sata musim liburan sekolah atau Idulfitri. “Kalau ramai bisa Rp300.000 [per hari],” kata pria asal koragede ini.

Ia juga melayani sistem sewa. “Ini tadi nganter anak TK dari Balai Kota sampai Beteng Vredeburg Rp200.000,” kata dia. Untuk tarif mengelilingi Mioboro, ia mematok harga Rp50.000 sampai Rp75.000 sekali angkut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif