Jamur kakao membuat produktivitas tanaman berkurang
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Petani Kakao di Dusun Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Gunungkidul masih kesulitan dalam menanggulangi hama dan penyakit pada buah coklat. Hujan yang tak menentu menyebabkan kelembaban meningkat dan menyebabkan tumbuh kembang jamur.
Penyakit jamur pada tanaman kakao telah sejak lama menjadi permasalahan bagi kelompok tani. Salah satunya yakni kelompok tani Ngudi Subur yang mengolah perkebunan kakao.
Jamur tersebut menyebabkan buah kakao menjadi busuk sehingga mau tak mau harus dibuang. Sebanyak 50% pohon kakao di kelompok tani Ngudi Subur terkena serangan jamur.
Ketua Kelompok Tani Ngudi Subur, Slamet Raharjo mengungkapkan serangan jamur yang dikenal dengan Phytophthora tersebut tak hana menyerang tanaman kakao saja namun juga menyerang tanaman buah lainnya. Pada musim hujan serangan jamur phytophora semakin meningkat dikarenakan suhu yang lembab mempercepat tumbuh kembang jamur.
“Musim hujan ini tidak menentu, jadinya suhunya lembab sehingga serangan jamur tinggi,” kata dia saat dijumpai Harianjogja.com, Rabu (27/4/2016).
Ia mengungkapkan beberapa hal telah dilakukan sebagai antisipasi untuk mencegah jamur semakin berkembang. Antara lain dengan mengaplikasikan fungisida yang berfungsi sebagai pembasmi jamur.
Selain itu, hal yang dilakukan ialah pemetikan buah kakao lebih dini. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi penularan jamur kepada buah yang lain dibawa melalui sisa air hujan yang menetes ataupun melalui udara.
Sehingga dengan begitu buah kakao yang terserang jamur harus segera dipetik lebih awal lalu dibuang.
“Buah yang terserang jamur jadi membusuk dan langsung dibuang karena belum matang sehingga tidak layak untuk dikonsumsi,” kata dia.