Teknologi
Kamis, 28 April 2016 - 13:00 WIB

HASIL SURVEI : Inilah Kebiasaan Buruk Pengakses Internet

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi menggunakan Internet (news.com.au)

Hasil survei yang dilakukan Kaspersky Lab menunjukkan kebiasaan buruk pengguna Internet di seluruh dunia.

Solopos.com, JAKARTA — Kaspersky Lab menguji ketangkasan siber kepada lebih dari 18.000 pengguna di seluruh dunia untuk mengetahui berperilaku di Internet dan seberapa berisikonya kebiasaan online mereka.

Advertisement

Seperti dikutip dari Antara, Kamis (28/4/2016), para responden disajikan serangkaian situasi online standar yang biasa dihadapi oleh sebagian besar pengguna, dan terdapat berbagai jawaban yang dapat mereka pilih.

Kaspersky Lab mengungkap 76% responden yang disurvei tidak dapat membedakan halaman web asli dari yang palsu dan di Meksiko angkanya mencapai 82%.

Advertisement

Kaspersky Lab mengungkap 76% responden yang disurvei tidak dapat membedakan halaman web asli dari yang palsu dan di Meksiko angkanya mencapai 82%.

Ketika dihadapkan dengan ancaman serupa di Web, para pengguna biasanya melakukan kesalahan dengan memasukkan identitas mereka pada halaman phishing yang memang dirancang untuk mencuri kredensial.

Penjahat siber menggunakan data yang dikumpulkan dari situs-situs palsu tersebut untuk mengakses akun pengguna yang kemudian digunakan untuk mendistribusikan iklan, file dan link berbahaya, serta mencuri uang dan data-data rahasia. Sebanyak 75% responden bahkan dengan ceroboh memeriksa format dari file yang akan mereka unduh.

Advertisement

Hasil survei tersebut menunjukkan sekitar 85% warga Inggris paling mungkin untuk jatuh ke dalam trik ini. Menurut hasil penelitian, Jerman, Spanyol dan Australia mendapatkan skor rata-rata terbaik untuk ketangkasan siber. Tetapi warga dari negara-negara tersebut masih banyak lagi yang harus mereka pelajari.

Misalnya, masih banyak warga Jerman yang menyimpan password mereka dalam format yang tidak aman, seperti menuliskannya pada selembar kertas. Warga Spanyol sering membuat backup yang tidak dapat diandalkan pada media fisik tanpa enkripsi atau proteksi terhadap password.

Sementara itu, banyak warga Australia yang tidak mengetahui browser dapat menyimpan sejarah aktivitas online mereka. Untuk pilihan jawaban yang paling berbahaya, kebanyakan dipilih oleh para pengguna di India, Jepang dan Malaysia, saat para penduduk masing-masing negara tersebut memiliki kebiasaan buruk ketika online yang berbeda-beda.

Advertisement

Warga India tampaknya menjadi yang paling mudah tertipu. Mereka lebih cenderung untuk membuka lampiran yang mencurigakan dalam email, menambahkan siapa saja yang mengirimkan permintaan untuk menjadi teman dan meng-klik link dari teman-teman mereka di jejaring sosial tanpa memeriksa terlebih dahulu apakah link tersebut aman.

Jenis perilaku seperti ini menunjukkan pengguna di negara tersebut berada pada risiko yang lebih besar menjadi korban penipuan dari penggunadi negara lain.

Warga Jepang bahkan mengabaikan keselamatan diri mereka sendiri dengan tidak menghiraukan pentingnya membuat salinan cadangan data-data milik mereka, dan berpikir mereka tidak memiliki data-data rahasia yang perlu dilindungi.

Advertisement

Selain itu, mereka cenderung untuk tidak menginstal pembaruan sistem operasi dibandingkan dengan pengguna di negara-negara lain. Dari hasil survei tersebut terlihat warga Malaysia juga cukup mengkhawatirkan.

Mereka menggunakan segala macam perangkat dan aplikasi tanpa menghiraukan keduanya pada dasarnya bukan diperuntukkan untuk korespondensi yang rahasia.

Mereka juga menginstal program pada perangkat tanpa membaca terlebih dahulu syarat dan ketentuan yang menyertainya, biasanya yang mereka lakukan adalah next-next-next-agree.

Dengan kata lain, mereka tanpa sadar menyetujui perangkat lunak tambahan dan adanya perubahan pengaturan pada OS ketika mengunduh aplikasi.

Yang paling menyedihkan dari semua itu adalah fakta sepertiga dari responden dari negara tersebut juga bersedia untuk menonaktifkan solusi antivirus bila memblok proses instalasi dari program.

Mereka memberikan perangkat lunak yang berpotensi membahayakan kebebasan penuh untuk melakukan apa saja yang diinginkan pada perangkat mereka.

Ketika menyangkut perlindungan terhadap data keuangan, sikap yang paling berbahaya ditunjukkan oleh pengguna di Rusia dan Republik Ceko. Mereka lebih cenderung untuk membuat kesalahan ketika memilih situs perbankan yang aman dan juga mengakui tidak mengambil langkah-langkah keamanan tambahan saat melakukan pembelian secara online.

Sementara berdasarkan laporan Kaspersky Security Network (KSN), seperti dikutip dari Okezone untuk kuartal I 2016, banyak pengguna Internet di Indonesia yang mengalami serangan ketika berselancar di web.

Serangan yang paling banyak berasal dari Trojan-Clicker.HTML.Iframe.dg. Hasil survei kali ini juga mengungkapkan banyak terdeteksi obyek berbahaya seperti Trojan.Win32.Wauchos.a di komputer pengguna.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif