Soloraya
Kamis, 28 April 2016 - 21:39 WIB

HARI TARI SEDUNIA : Begini Kemeriahan Pembukaan Solo Menari

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kelompok tari Laskar Sogok Thun-Theng SMP Negeri 5 Blora menampilkan tari Barong Thir-Thur saat kirab Solo 24 Jam Menari di Kampus ISI Solo, Kamis (28/4/2016). Acara Solo 24 Jam Menari tersebut untuk memeriahkan peringatan Hari Tari Sedunia. (Burhan Aris N/JIBI/Solopos)

Hari tari sedunia diperingati di Solo dengan Solo Menari.

Solopos.com, SOLO — Hari tari sedunia di Solo diperingati dengan kegiatan Solo Menari, meski bertajuk Solo 24 Jam Menari.  Meski bertajuk Solo 24 Jam Menari namun di tahun ke-10 ini bertambah durasi menjadi 36 jam

Advertisement

Komunitas Mahasiswa Kalimantan ISI solo ikut memeriahkan pembukaan Solo 24 Jam Menari di halaman Rektorat ISI Solo, Kamis (28/4/2016). (Catur Himawan Respatio/JIBI/Solopos)

Kamis (28/4/2017), sekitar pukul 13.30 WIB ratusan orang penari dalam balutan busana Nusantara mulai berjalan memutar menempuh rute mulai dari gedung Jurusan Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo-jalan Guntur-BNI-Kampung Ngasinan (Jalan Buruh)-gedung Rektorat ISI Solo.

Advertisement

Kamis (28/4/2017), sekitar pukul 13.30 WIB ratusan orang penari dalam balutan busana Nusantara mulai berjalan memutar menempuh rute mulai dari gedung Jurusan Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo-jalan Guntur-BNI-Kampung Ngasinan (Jalan Buruh)-gedung Rektorat ISI Solo.

Ini adalah iring-iringan karnaval Solo 24 Jam Menari. Tak hanya sekadar berjalan, mereka juga menari sepanjang rute perjalanan. Rombongan barikade terdepan diisi 72 orang berkostum merah yang tergabung dalam komunitas Barong Thir Thur Laskar Sogok Thun-Theng SMPN 5 Blora.


Komunitas Mahasiswa Jawa Timur ISI solo ikut memeriahkan pembukaan Solo 24 Jam Menari di halaman Rektorat ISI Solo, Kamis (28/4/2016). (Catur Himawan Respatio/JIBI/Solopos)

Advertisement


Kelompok tari Laskar Sogok Thun-Theng SMP Negeri 5 Blora menampilkan tari Barong Thir-Thur saat kirab Solo 24 Jam Menari di Kampus ISI Solo, Kamis (28/4/2016). Acara Solo 24 Jam Menari tersebut untuk memeriahkan peringatan Hari Tari Sedunia. (Burhan Aris N/JIBI/Solopos)

Sembilan orang berkostum Pegasus hitam, merak, garuda, reog, kipas, dan api mengawal rombongan ini. Mereka adalah penari dari komunitas Maharupa Solo.

Menyusul di belakangnya secara berurutan ada komunitas dari Kalimantan, Sumatera, Sumbawa, Banyumas, Banyuwangi, Jawa Timur, dan Mataram, Nusa Tenggara Barat. Tak ketinggalan pula jajaran ISI Solo beserta dua maskot penari yang akan menari 24 jam, yakni Samsuri dan Mudjo Setiyo.

Advertisement

Sekitar pukul 14.25 WIB, rombongan pun tiba di halaman gedung rektorat. Satu persatu mereka mementaskan pertunjukan tari dari wilayah masing-masing. Halaman gedung rektorat pun mendadak berubah menjadi miniatur Nusantara.

Menginjak pukul 16.00 WIB, usai upacara Umbul Dongo serta sambutan Rektor ISI Solo Sri Rochana, hitung mundur dimulai, dan gong pembuka pun akhirnya dipukul.  Samsuri, 53, sang penari 24 Jam dari Kota Solo yang saat itu berkain bawahan motif batik campuran berwarna dasar hitam putih langsung memulai aksinya dengan  kreasi tari Bimo Hambeksa.

Kostum Kera

Advertisement

Sebanyak 32 orang penari berkostum kera bertopeng dan prajurit dengan bendera merah, hitam, dan putih menari bersamanya, membentuk adegan perang di rerumputan sisi selatan panggung gedung rektorat.

Sementara itu di panggung, Mudjo Setiyo, 60, yang saat itu berkaos hitam, sabuk putih dan celana panjang merah marun menarikan salah satu karyanya, Sejating Urip ditemani 4 orang penari di belakangnya.

Berbeda dengan gerakan energik Samsuri, gerakan Mudjo Setiyo sesaat sebelum matahari tenggelam kala lebih lembut. Secara bergantian sejumlah penari datang dari sisi utara, beradegan silat bersama Mudjo. Selanjutnya, selama duo penari 24 jam terus menari, 3.600 an orang penari dari 250 delegasi juga akan terus menari secara bergantian.

“Bagi ISI Solo, acara ini merupakan ajang pembelajaran. Tepat satu dekade ini kami mencurahkan semuanya, karena ini merupakan momentum yang pas untuk sebuah pengharapan yang lebih baik,ada banyak penari perwakilan beebagai daerah datang kemari,” ujar Rektor ISI Solo, Sri Rochana, Kamis.

Rochana menyontohkan di dekade pertama ini peluncuran buku Menyemai Rasa, Semesta Raga, pameran foto tari, dan seminar internasional menjadi satu paket yang menjalin benang merah refleksi 10 tahun perjalanan Solo 24 Jam Menari.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif