Jogja
Rabu, 27 April 2016 - 13:35 WIB

PENELITIAN WOLBACHIA : Di Hadapan Menteri, Kades Trihanggo Curhat Tidak Disapa Warga

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar DBD (JIBI/dok)

Penelitian Wolbachia masih belum sepenuhnya bisa diterima oleh warga

Harianjogja.com, SLEMAN – Menristek Dikti Muhammad Nasir menyempatkan berdialog dengan warga Dusun Kronggahan II, Trihangga, Gamping, Sleman di rumah kepada pedukuhan setempat Selasa (26/4/2016) pukul 13.00 WIB.

Advertisement

Di hadapan Nasir, warga menceritakan proses penelitian tim eliminate dengue project (EDP) yang terjadi pro kontra, bahkan Kepala Desa sempat tidak disapa warganya.

Dalam dialog berlangsung santai itu, Kepala Desa Trihanggo Herman Budi Pramono mengatakan adanya pro dan kontra antar warga saat penyebaran nyamuk Wolbachia yang dilakukan oleh tim EDP Pusat Kedokteran Tropis UGM di desanya.

Hal itu disebabkan karena perbedan kemampuan masyarakat dalam memahami sosialisasi yang dilakukan tim. Sehingga pada 2014 itu ada sejumlah warga yang belum bisa menerima adanya percobaan itu, bahkan mereka sempat tidak bertegur sapa.

Advertisement

“Saat itu ada yang berpemahaman wong mau memberantas nyamuk demam berdarah kok malah menyebar nyamuk, ada yang belum bisa nerima, sampai saya itu tidak ditegur sapa sama beberapa warga saya,” ungkap Kades di hadapan Menristek Dikti.

Sebelum adanya Tim EDP, kasus DB di Trihanggo tergolong tinggi. Karena terjadi pro kontra maka sosialisasi dilakukan secara berulang-ulang hingga tidak ada lagi yang mempersoalkan. Setahun sejak disebarkan nyamuk Wolbachia, warga mulai merasakan manfaatnya.

Pada 2015 hingga 2016 ini Trihanggo dinyatakan bebas DB. “Sehinga kami menyatakan bahwa penelitian ini sangat bermanfaat bagi warga,” tegasnya.

Advertisement

Kamti, 40, seorang ibu rumah tangga di RT03 Kronggahan mengakui masih adanya kekhawatiran ketika nyamuk mulai disebar. Bahkan hampir tiap malam ia rumahnya dikerumuni Wolbachia dengan suara seperti nyamuk pada umumnya.

Bahkan sesekali ia terpaksa menangkap nyamuk itu dengan tangan karena berkembang banyak. Tetapi perlahan ia sadar bahwa cara itu memberikan manfaat positif baginya dan warga lain.

“Saya terheran nyamuk kok dikawinkan, waktu itu saya merasa takut. Apalagi berkembang banyak sekali, suaranya wingg, wingg terpaksa saya pluk [tangkap tangan],” sambung dia.

Menristek Dikti Muhammad Nasir mengapresiasi warga dan tim peneliti yang telah membuahkan hasil positif. Karena baru pertama kali di Indonesia, pihaknya berencana menyebarkan penelitian itu ke seluruh nusantara agar bisa bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia terutama untuk mencegah demam berdarah. Selain itu ia meminta UGM untuk menggandeng universitas lain dalam melakukan penelitian.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif