Jogja
Rabu, 27 April 2016 - 11:20 WIB

KECELAKAAN PEJABAT : Terbelit Kabel saat Pengajian, Wabup Sleman Jatuh hingga Patah Tulang

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pasangan calon nomor urut dua, Sri Purnomo-Sri Muslimatun (Santun) saat jumpa pers di rumah pemenangan Jaban, Desa Tridadi, Kecamatan Sleman, Jumat (4/12/2015). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Kecelakaan pejabat terjadi pada Wabup Sleman

Harianjogja.com, SLEMAN- Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengalami musibah terbelit kabel di tengah menyambut tamu yang datang dalam sebuah acara pengajian ‘mujahadah’ di Wedomartani, Ngemplak, Sleman pada Minggu (24/4/2016) lalu. Akibatnya ia harus mengalami patah tulang jari kaki dan mengalami operasi.

Advertisement

Sri mengenakan kerudung lebar berwarna abu-abu, polesan lipstik tipis di bibirnya menunjukkan ia tetap nampak maksimal, meskipun masih berada dalam kondisi pemulihan pasca operasi patah pada tulang jari kaki kanannya.

Siang itu pada Selasa (26/4/2016) di hadapan puluhan awak media, ia berbagi kronologi awal mula musibah itu menimpanya. Masih tetap di atas ranjang rumah sakit di Paviliun Amarta 102 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr.Sardjito, Sri menyampaikan kisahnya secara runut.

Advertisement

Siang itu pada Selasa (26/4/2016) di hadapan puluhan awak media, ia berbagi kronologi awal mula musibah itu menimpanya. Masih tetap di atas ranjang rumah sakit di Paviliun Amarta 102 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr.Sardjito, Sri menyampaikan kisahnya secara runut.

Namun ia mencoba dengan meyakinkan wartawan bahwa, saat ini ia sudah tidak merasakan sakit layaknya orang-orang yang baru saja mengalami operasi. Hanya saja ia sadar, kalau ia bandel dan tidak mendapatkan perawatan intensif seperti saat ini, tentu kondisi jemari kaki kanannya itu akan lebih mengerikan, atau membahayakan. Sehingga begitu mendapat musibah ia langsung menuju RSUP dr.Sardjito.

Pada Minggu malam itu, ia seharusnya datang di lokasi pengajian pada pukul 20.00 WIB, namun seperti biasanya ia mendapat begitu banyak tamu yang datang ke rumah. Sebagai pribadi ia tidak mungkin begitu saja meninggalkan rumah ketika tamu berdatangan. Baru kemudian ia sampai di lokasi pengajian ‘mujahadah’ pada pukul 22.00 WIB, perempuan yang pernah memiliki jabatan fungsional di RSUP dr Sardjito itu sampai di lokasi pengajian.

Advertisement

“Jadi begitu saya keslimpet itu, saya tidak jauh, tapi kok saya tidak bisa melangkah, lalu kok bengkak? Padahal malam itu seharusnya saya memberikan sambutan, lalu saya katakan kepada masyarakat ‘Saya tidak sakit, tapi butuh istirahat’,” tuturnya mengulang.

Ibu dari tiga orang anak ini lalu tersadar, mungkin kemauan yang ia miliki untuk mengikuti seluruh aktivitas harian dengan baik, tidak sesuai dengan kemampuan fisik yang ia miliki. Karena terhitung ia sudah menyambut hari dengan aktivitas bersih kali sejak pukul 06.30 WIB, dilanjutkan ke Rumah Sakit Morangan untuk menghadiri operasi katarak gratis. Tak selesai sampai di sana, ia menjadi narasumber dalam sebuah pelatihan kepemimpinan Ikatan Bidan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri masih kemudian menerima tamu dari ‘trah’ dan takziah.

“Operasi [jemari kaki] dilakukan di kamar operasi besar sih, dan [jari saya yang patah] dipasang kawat gitu. Kata dokter, hari ini saya sudah bisa pulang. Besok pagi [Rabu, 27/4] saya sudah berkegiatan seperti biasa tanpa alat bantu, sekarang saya tidak merasakan sakit, seperti tidak terjadi apa-apa,” kata dia.

Advertisement

Kepala Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP dr.Sardjito Trisno Heru Nugroho menuturkan, akibat keslimpet kabel itu Sri Muslimatun mengalami fraktur metakarpal 3,4 dextra. Dalam bahasa umum artinya patah tulang jari-jari ke-3 dan ke-4 kaki sebelah kanan. Tindakan medis yang dilakukan adalah pemasangan kawat pada jari yang patah.

Kedudukan jari dan kawat tetap dibuat anatomis. Pemasangan kawat dilakukan lewat prosedur operasi kecil selama 20 menit oleh Sugeng Yuwono SpOT, didahului anastesi atau bius total oleh Sudadi, SpAn.

“Ibu [Sri Muslimatun] untuk sementara kaki kanannya tidak diperkenankan digunakan berjalan dengan menapak, melainkan menjadikan tumit kaki sebagai tumpuan. Nanti setelah satu bulan, kawat akan kita lepas, ia dapat melakukan aktivitas berjalan seperti biasa,” jelas Heru.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif