News
Selasa, 26 April 2016 - 15:00 WIB

SENSUS EKONOMI 2016 : Data Versi Kementerian Berbeda-Beda, Jokowi: Ini Harus Diakhiri!

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memanen bawang merah di Nganjuk, Selasa (23/6/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Prasetia Fauzani)

Sensus Ekonomi 2016 menjadi tonggak penyatuan pendataan. Presiden Jokowi sudah gerah melihat tiap kementerian punya data berbeda.

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah bakal segera mengkonkretkan penggunaan satu data untuk pengambilan kebijakan strategis yang mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS). Presiden Jokowi menyayangkan perbedaan data yang dimiliki masing-masing lembaga pemerintahan.

Advertisement

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan Presiden Jokowi menginstruksikan agar seluruh data yang selama ini berbeda antar kementerian untuk disatukan dengan menggunakan data BPS. Dengan demikian, dia mengatakan pengambilan keputusan, analisa, dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah lebih akurat dan sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat.

“Pangan salah satunya, lalu pengembangan industri. Mana yang perlu didorong lebih cepat supaya tepat sasaran dalam menggerakan usaha kecil dan menengah,” kata Darmin seusai pencanangan Sensus Ekonomi 2016, di kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (26/4/2016).

Dia mengatakan hal tersebut sejalan untuk mengetahui produktivitas dan daya saing dari berbagai kegiatan dalam rangka globalisasi persaingan ASEAN dan negara lainnya. “Jadi akan lebih bisa mengetahui lebih akurat mana yang sebenarnya bidang usaha yang lebih kompetitif, mana yang tidak,” ujarnya.

Advertisement

Dia memperkirakan proses penyatuan data strategis seluruh Kementerian/lembaga akan memakan waktu hingga 6 bulan. Artinya implementasi penggunaan data ditaksir akan berjalan maksimal pada 2017.

Terkait pelaksanaan sensus 2016 yang akan berlangsung pada Mei, Darmin mengatakan Presiden juga menginstruksikan BPS untuk menyajikan data yang akurat. Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo mengeluhkan penyajian data yang selama ini berbeda antar kementerian dan BPS untuk pemerintah mengambil keputusan, salah satunya terkait impor beras.

“Kementerian Pertanian seperti ini, Kementerian Perdagangan seperti ini. Di lapangan saya lihat beda lagi. Disodori 4 lembar data yang berbeda, mana yang harus saya pakai? Ini harus diakhiri,” ujarnya.

Advertisement

Dia mengatakan informasti strategis yang akurat menjadi hal krusial dalam mengambil kebijakan sehingga diharapkan BPS bisa mengumpulkan data sesuai dengan yang terjadi di lapangan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif