Jogja
Senin, 25 April 2016 - 00:40 WIB

PERTANIAN DI GUNUNGKIDUL : Harga Rendah, Petani Enggan Tanam Kedelai

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kedelai (Westchasesmiles.com)

Petani kedelai di Gunungkidul saat ini mulai mengalami penurunan minat untuk mengembangkan tanaman bahan dasar tempe tersebut.

 

Advertisement

 

Harianjogja.com, PLAYEN—Petani kedelai di Gunungkidul saat ini mulai mengalami penurunan minat untuk mengembangkan tanaman bahan dasar tempe tersebut. Pasalnya budidaya kedelai lokal cukup sulit memberikan kepuasan, baik pada saat penanaman maupun pada saat penjualan.

Salah seorang petani kedelai di Dusun Sawahan, Desa Bleberan, Playen, Sumari Citro Wibisono mengungkapkan saat ini tak banyak petani yang menanam kedelai. Hanya beberapa orang saja yang menanam kedelai. Menurutnya, dalam menanam kedelai diperlukan usaha yang cukup keras untuk melakukan perawatan hingga tiba masa panen serta pasca panen.

Advertisement

“Petani saat ini hanya sedikit yang menanam kedelai local. Perawatannya lebih sulit dibanding tanaman lain,”kata dia kepada Harian Jogja (24/4/2016).

Terkait dengan subsidi benih kedelai yang digelontorkan pemerintah Gunungkidul, dirinya mengaku belum mendengar kabar tersebut. Saat ini ia sedang menanam kedelai yang telah berjalan dua bulan secara mandiri (tanpa subsidi) dari pemerintah. Namun ia justru tak banyak berharap pada subsidi benih kedelai. Sumari lebih mengharapkan adanya subsidi dari pemerintah berupa subsidi harga kedelai di pasaran. Pasalnya saat ini harga penjualan kedelai local kalah dengan harga kedelai impor. Harga kedelai local yang anjlok membuat para petani harus pikir panjang untuk menanam kedelai.

“Penjualan harga kedelai lokal saat ini berkisar Rp6000 sedangkan kedelai impor Rp6500. Sehingga sekarang petani memilih untuk menanam jagung saja yang lebih mudah, harganya baik, dan praktis,” ujarnya.

Advertisement

Ia berharap pemerintah lebih memperhatikan harga penjualan kedelai lokal di pasar dibandingkan memberikan subsidi benih. Karena menurutnya, penurunan minat petani utnuk menanam kedelai karena harga yang anjlok sungguh disayangkan. Sebab, di Sawahan, Bleberan potensi tanaman kedelai cukup besar.

Sementara itu hal senada diungkapkan oleh petani kedelai di Dusun Wiyoko, Desa Plembutan, Playen, Etik. Ia mengungkapkan kesulitan untuk menanam kedelai. Dalam tahun ini dirinya sudah menanam sebanyak dua kali, pada masa tanam pertama mengalami kegagalan karena perawatan yang kurang maksimal. Ia mengatakan biaya perawatan tanaman kedelai membutuhkan biaya yang sedikit mahal dibanding komoditas lainnya. Selain itu kesulitan yang dihadapi juga terkait dengan keberadaan hama tanaman pada kedelai.

“Kalau nanam kedelai perawatannya agak mahal. Apalagi kalau terserang hama, harus keluar biaya untuk pengobatanmnya,” kata dia. (Mayang Nova Lestari)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif