Soloraya
Senin, 25 April 2016 - 19:50 WIB

PENEMUAN MAYAT SOLO : Tuna Wisma di Solo Meregang Nyawa di Jalan Raya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penemuan mayat (JIBI/Solopos/Dok)

Penemuan mayat Solo, seorang tuna wisma meninggal dunia di barat PN Solo.

Solopos.com, SOLO–Tangis Bambang, 58, pecah tatkala sejumlah personel Tim Inafis Polresta Solo membungkus tubuh pasangan hidupnya, Suryati, 55, yang telah terbujur kaku di jalur pedestrian sebelah barat Pengadilan Negeri Kelas IA Solo, Senin (25/4/2016). Tepat tengah hari, tuna wisma yang biasa singgah di seputaran Sriwedari ini mendapati pasangan hidupnya tak lagi bernyawa.

Advertisement

Seolah tak punya daya, ia hanya bisa terduduk lemas sembari menatap kantong oranye dan rombongan  orang-orang yang membawa jenazah istrinya ke kamar mayat RSUD Moewardi. Setelah kerumuman warga dan aparat Kepolisian berlalu, yang tersisa tinggal kain jarit berwarna sogan yang sebelumnya dipakai Bambang menyelimuti sang istri.

Dengan langkah tertatih-tatih, Bambang yang kaki kirinya masih diperban karena menderita burger disease (penyumbatan pada arteri dan vena yang mengakibatkan peradangan) lantas membereskan kain jarit dan terpal bekas yang baru saja dipakai pembaringan pasangan hidupnya meregang nyawa. Barang-barang tersebut ia bawa ke becak putih yang sehari-hari menjadi “rumah”nya.

Advertisement

Dengan langkah tertatih-tatih, Bambang yang kaki kirinya masih diperban karena menderita burger disease (penyumbatan pada arteri dan vena yang mengakibatkan peradangan) lantas membereskan kain jarit dan terpal bekas yang baru saja dipakai pembaringan pasangan hidupnya meregang nyawa. Barang-barang tersebut ia bawa ke becak putih yang sehari-hari menjadi “rumah”nya.

Tangis Bambang belum putus saat ia menggeser tempatnya ke seberang jalan di tepi Jl. Supomo. Beberapa kali ia menggerutu dan menyalahkan petugas Satpol PP yang mengangkut pasangan hidupnya dan berniat memulangkan keduanya ke daerah asal mereka ke Purwodadi.

“Pulang kemana lagi? Saya tidak punya rumah,” tuturnya sembari terisak.

Advertisement

“Pak Bambang itu sering dimintai tolong warga sekitar sini mengantar dengan becaknya. Kadang juga merosok. Kadang juga nyapu di Sriwedari atau PN. Orangnya jujur,” katanya.

Endang merasa prihatin dengan kepergian Suryati. Ia menyebut teman hidup Bambang tersebut sempat menderita batuk dan sesak napas sebelum meninggal dunia. “Kemarin [Minggu (24/4/2016)] saya masih lihat dia diantar ke WC umum dekat rumah saya. Tumben-tumbenan mandi di situ. Biasanya di Sriwedari,” terangnya.

Menurut Endang, Bambang dan Suryati sempat diangkut petugas Satpol PP untuk dipulangkan ke daerah asalnya. Namun ia kembali mendapati sejoli lanjut usia itu kembali mangkal di sekitar tempat tinggalnya. “Mungkin Pak Bambang masih gela digaruk tempo hari. Seharusnya pemerintah menjamin orang terlantar seperti ini. Kasihan sekali dibiarkan di jalan,” tuturnya.

Advertisement

CEO PMI Solo, Sumartono Hadinoto, mengatakan Bambang telah ditampung Griya Lansia Bahagia PMI Solo, Senin siang. “Pak Bambang itu pasien Dompet Kemanusiaan PMI. Tinggalnya di Gapura Sriwedari. Setelah Bu Bambang meninggal dunia, kami jemput Pak Bambang ke Griya Lansia Bahagia,” jelasnya.

Menurut Sumartono, Suryati sempat dibawa Satpol PP ke Griya Bahagia, Selasa (19/4/2016) lalu. Namun setibanya di rumah penampungan sosial tersebut, Suryati menangis dan ingin berkumpul kembali  dengan Bambang.

“Mereka berdua sempat tinggal di ruang VIP Griya Bahagia. Ibu Bambang punya tensi tinggi. Kami berikan obat-obatan juga sebelum akhirnya dijemput Satpol PP untuk dipulangkan ke Purwodadi, Rabu [(20/4/2016)]. Saya sendiri tidak tahu bagaimana ceritanya sampai mereka kembali ke jalan lagi,” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif