News
Senin, 25 April 2016 - 12:25 WIB

PEMBUNUHAN TANGERANG : Kisah Mistis di Balik Pembunuhan Nuri, Minta Kaki hingga Bau Busuk

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kusmayadi alias Agus,31, (detikcom)

Pembunuhan Tangerang dengan korban Nuri, menggemparkan masyarakat.

Solopos.com, JAKARTA —  Kontrakan Abdul Malik RT 012/RW 01, Kampung Telaga Sari, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, tempat Nur Atikah (Nuri), 33, dimutilasi Agus alias Kusmayadi, 31, kosong ditinggal para penghuninya. Kepergiaan para penghuni kontrakan tersebut karena adanya peristiwa mistis setelah pembunuhan Nuri.

Advertisement

Sehari setelah temuan jasad Nuri, mulailah kejadian-kejadian mistis menimpa warga tetangga kontrakan Abdul Malik. Salah seorang warga kerasukan dan meracau, sehari setelah temuan jasad Nuri, sapaan Nur Atikah, Kamis 14 April 2016.

“Ada warga yang tinggalnya di seberang kontrakan, tiba-tiba saja teriak seperti orang kesurupan,” kata Wati, seorang warga yang tinggal di seberang lokasi kejadian.

Sejumlah warga langsung menghampiri perempuan yang diduga kesurupan dan terus meracau, Laras, 29. Sebagian warga memegangi kaki dan tangan laras agar tidak menendang barang-barang yang ada di kamar kontrakannya.

Advertisement

Menurut Wati, seorang warga yang dianggap “orang pintar” di kampung tersebut berupaya mengusir “roh” yang merasuki Laras.

Saha ieu [siapa ini]? Tong ngaganggu [Jangan ganggu]!” ujar orang pintar tersebut sembari memegangi kening Laras.

Dalam keadaan tidak sadar, Laras meracau meminta bagian kaki Nuri yang belum ditemukan untuk segera dicari.

Advertisement

Wati mengatakan, Laras seperti kerasukan arwah Nuri. “Di mana kaki saya? Saya orang Lebak, tolong temukan anggota tubuh saya,” kata Wati.

Warga yang berkerumun saat itu sontak kaget. Sehari setelah temuan jasad Nuri, polisi belum mengetahui identitas korban. Polisi baru mengetahuinya lima hari kemudian pascaautopsi.

Bahkan, Abdul Malik selaku pemilik kontrakan tidak memegang satu lembar identitas pengontrak kamar tersebut.

Tak hanya itu, Wati menuturkan sejak adanya warga yang kerasukan, warga yang lewat di rumah kontrakan berlantai dua itu, kerap mencium bau busuk dan amis.

Padahal pemilik kontrakan sudah membersihkan kamar kontrakannya dan juga di setiap tembok diletakkan beberapa bungkus penuh pembersih lantai beraroma cemara.

“Kalau malam terutama, lewat di depannya tiba-tiba bau amis atau bau busuk, terus tiba-tiba hilang. Kalau sudah begitu banyak warga yang lewat langsung lari,” kata Wati sebagaimana dilansir Liputan6.

Beragam cerita horor beredar di kalangan warga. Kali ini adalah penuturan warga yang beberapa kali mendengar suara tangisan perempuan dari dalam kamar kontrakan tersebut. Padahal letaknya ada di lantai dua, tapi suaranya terdengar sangat jelas.

Maka tak heran, bila saat ini sebanyak 17 pintu kamar kontrakan milik Abdul Malik kosong ditinggal penghuninya. “Kontrakannya juga sudah sepi pada pindah gara-gara takut dihantuin,” ujar Abdul Malik.

Selain karena ketakutan, mereka juga hengkang karena enggan diberondong pertanyaan oleh wartawan yang sudah dua pekan ini terus berdatangan ke lokasi.

“Ada yang ketakutan, ada yang enggak mau ribet juga. Pokoknya tahu-tahu kosong,” kata Irma.

Padahal kontrakan Abdul Malik terbilang murah, yakni Rp 300.000-500.000 per bulan. Malik pun mengaku pasrah, dia lebih memilih untuk menghilangkan bau amis yang ditimbulkan dari darah Nuri.

“Saya letakkan karbol yang bungkusnya dibuka di tiap tembok,” ujar Abdul Malik.

Hingga kini, kondisi kamar kontrakan yang menjadi tempat kejadian perkara pembunuhan dan mutilasi, masih diberi garis polisi.

Sementara itu, Kapolsek Cikupa Kompol Gunarko mengungkapkan pencarian kaki Nuri dihentikan.

“Untuk pencarian kami cukupkan. Nanti kalau memang ada warga menemukan, bisa menghubungi kami,” kata Kapolsek Cikupa Kompol Gunarko di kantornya, Jalan Raya Serang KM 15, Cikupa, Banten, dilansir Detik, Minggu (23/4/2016).

Agus membuang potongan kedua kaki korban yang dibungkus karung ke sungai di jembatan di pabrik Surya Toto. Agus dibantu temannya, Erik, 20, untuk membuang potongan tubuh korban tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif