Jogja
Senin, 25 April 2016 - 05:40 WIB

LAHAN PRODUKTIF : Akibat Pembangunan, Lahan Pertanian di Mlati Tinggal 32%

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi check in di hotel (Dailyfinance.com)

Hingga kini, tercatat hanya sekitar 32% saja lahan pertanian yang tersisa.

 

Advertisement

 

 

Harianjogja.com, SLEMAN-Derasnya pembangunan perumahan, hotel dan apartemen di wilayah Kecamatan Mlati berdampak pada menurunnya luas lahan pertanian di wilayah tersebut. Hingga kini, tercatat hanya sekitar 32% saja lahan pertanian yang tersisa.
Camat Mlati Suyudi mengakui, tingginya proses pembangunan perumahan, apartemen dan centra ekonomi lainnya di wilayah Mlati di sisi lain berdampak pada penyusutan luas lahan pertanian. Dari 2.925 hektare luas wilayah kecamatan Mlati, sekitar 1.800 hektare penggunaan tanah untuk areal pekarangan dan bangunan. Jumlah tersebut menguasai sekitar 62%luas Kecamatan Mlati.

Advertisement

Suyudi menjelaskan, luas lahan pertanian yang hilang paling banyak berada di wilayah Sinduadi dan Sendangandi. Pasalnya, kedua wilayah tersebut memang dijadikan kawasan perdagangan dan jasa. Praktis, lahan pertanian di wilayah Mlati hanya tersisa di wilayah Mlati bagian Barat. Meliputi Sumberadi, Tiroadi dan Tlogoadi. “Lahan pertanian terus menyusut dan tersisa 32 persen atau sekitar 900 hektare saja,” kata Suyudi saat ditemui di sekitar lokasi pembangunan Apartemen Taman Melati, Pogung, Sinduadi, Sabtu (23/4).
Sekadar diketahui, mata pencarian penduduk di Mlati paling banyak didominasi kalangan petani sekitar 6.300 orang. Praktis dengan luas lahan pertanian hanya 900 hektare 6.300 orang, maka rerata kepemilikan lahan petani di Mlati sekitar 0,15 hektare saja.
Dia menyebut, banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi tersebut tidak terlepas dari tingginya proses jual beli lahan yang dimiliki penduduk (petani). Lahan yang dimiliki dijual untuk berbagai kebutuhan.
“Seperti pembagian waris atau kebutuhan lainnya. Memang butuh penyadaran kepada masyarakat untuk tidak menjual tanahnya. Kalau benar-benar tidak butuh, nggak usah dijual,” ujarnya.
Dia khawatir jika pembangunan terutama perumahan dengan konsep landed terus terjadi, hal itu akan menghabiskan lahan pertanian di wilayah tersebut. Meski begitu, dia mengakui semakin tingginya jumlah penduduk juga berdampak pada meningkatnya kebutuhan permukiman baru. “Untuk memenuhi kebutuhan rumah, saya setuju jika ke depan konsep pembangunan dilakukan secara vertikal saja,” usulnya.
Sementara, Direktur Operasional PT Adhi Persada Properti (APP) Pulung Prahasto usai seremonial peletakan batu pertama pembangunan Apartemen Taman Melati Jogja mengatakan, apartemen baru itu dibangun di lahan seluas 4.784 meter persegi. Apartemen tersebut memiliki 15 lantai dengan total 850 unit yang disediakan. “Perizinan telah diproses sejak lama. Terakhir, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) khusus apartemen telah dikantongi 1,5 bulan yang lalu,” terangnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif