Jateng
Minggu, 24 April 2016 - 19:50 WIB

WISATA JATENG : Begini Serunya Naik KA Uap Ambarawa

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kereta api uap B5202 buatan Maschinenfabriek Esslingen Jerman 1902 yang menjadi koleksi Museum Kereta Api Ambarawa, Kabupaten Semarang. (Solopos.com-Imam Yuda Saputra)

Wisata Jateng, salah satunya yakni Museum Ambarawa.

Semarangpos.com, AMBARAWA – “Tut..tut..tut…,” bunyi klakson kereta api terdengar nyaring dari dalam Museum Kereta Api Ambarawa, Minggu (24/4/2016) pagi. Bunyi itu berasal dari kereta api uap B 2502 atau yang akrab disapa Bona.

Advertisement

Sontak, ratusan pengunjung yang mayoritas para penggemar fotografi pun bergegas naik ke atas gerbong lokomotif uap itu. Mereka bersiap melakukan perjalanan dengan kereta api uap buatan Maschinenfabriek Esslingen Jerman tahun 1902 itu dari Museum Kereta Api Ambarawa menuju Stasiun Tuntang.

Jarak antara Museum Kereta Api Ambarawa dengan Stasiun Tuntang hanya sekitar 7 Km. Meski demikian, perjalanan dengan menggunakan kereta ini biasa ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit.

Advertisement

Jarak antara Museum Kereta Api Ambarawa dengan Stasiun Tuntang hanya sekitar 7 Km. Meski demikian, perjalanan dengan menggunakan kereta ini biasa ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit.

Untuk jarak yang tak terlalu jauh, waktu perjalanan yang ditempuh kereta ini memang terbilang lama. Namun, lambatnya perjalanan kereta ini pula lah yang menjadi daya tarik wisatawan.

Kondisi ini tak lain karena selama perjalanan para penumpang disuguhkan berbagai pemandangan yang indah baik sawah dan ladang dengan latar belakang Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, hingga Rawa Pening.

Advertisement

Jalur kereta api dari Museum Kereta Api Ambarawa ke Stasiun Tuntang memang dibangun melintas di pinggir Rawa Pening. Tak ayal, selama perjalanan banyak dari para penumpang yang mengabadikan momen itu, baik melalui kamera maupun dari handphone.

Salah satu pengunjung, Johan Susilo, 40, warga Ungaran, Kabupaten Semarang, mengaku tak mudah menemukan kesempatan naik kereta api uap ini.

“Baru kali ini saya naik. Kalau biasanya, pakai yang [kereta api bermesin] diesel. Tapi, sensasinya jelas kalah. Kalau naik kereta ini kan kita jadi tahu bagaimana rasanya naik kereta pada masa kolonial dulu,” ujar Johan saat berbincang dengan Semarangpos.com di sela-sela perjalanan.

Advertisement

Pemesan

Kereta api uap B 2502 dan B2503 atau yang akrab disapa Bona dan Boni itu tak bisa dioperasikan sewaktu-waktu. Kereta ini hanya dioperasikan pada Hari Sabtu dan Minggu, itu pun jika ada pemesan yang sanggup membayar Rp10 juta untuk menyewa satu gerbong bermuatan 40 penumpang, Rp12,5 juta untuk dua gerbong atau Rp15 juta untuk tiga gerbong.

Namun, kali ini kedua kereta api uap ini bisa dioperasikan secara bergantian. Kondisi ini tak lain karena pada Minggu tadi bertepatan dengan hari ulang tahun kelima dioperasikannya kembali kereta api uap yang sudah berusia 114 tahun itu.

Advertisement

Pada hari perayaan itu, PT Kereta Api Indonesia (KAI) menggelar sederet kegiatan, mulai lomba foto model, tracking (napak) tilas, hingga mencuci lokomotif kereta api uap.

“Para penumpang yang naik kereta mayoritas merupakan peserta lomba foto dan napak tilas. Jumlahnya ada sekitar seratusan,” ujar Manajer Humas PT KAI Daop IV Semarang, Gatut Sutyatmoko.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif