Jogja
Minggu, 24 April 2016 - 17:20 WIB

TRADISI PERNIKAHAN JOGJA : Melihat Rangkaian Upacara Adat Pernikahan Tradisi Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tarian Serimpi diperankan di area pelaminan dengan sepasang pengantin yang diperagakan model. Prosesi pernikahan itu digelar di Pori Devata Resort di Dusun Klurak, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Sabtu (23/4/2016). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Tradisi pernikahan Jogja sekarang sudah jarang digelar secara lengkap

Harianjogja.com, SLEMAN – Manajemen Poeri Devata Resort Prambanan menggelar kegiatan pesta era 1900an yang dikemas dalam berbagai acara adat tempo dulu. Salah satunya pesta pernikahan dengan prosesi adat yang lengkap dihelat pada Sabtu (23/4/2016) kemarin.

Advertisement

Manager Marketing Poeri Devata Prambanan Setiawan menjelaskan, event pernikahan itu digelar seperti prosesi nikah sebenarnya namun diperagakan oleh model. Prosesi itu menganut adat Jogja terdahulu dengan tanpa mengurangi sedikitpun. Mulai dari pengantin di pertemukan, sungkeman, tolak bala, tari serimpi dan lainnya.

“Event ini menampilkan batas antara kekinian, jaman modern dan jaman dahulu, dengan mengambil tema budaya, prosesi yang sebenarnya terutama prosesi di dalam keraton. Seperti prosesi nikah itu, tapi dengan diperagakan model,” terangnya saat ditemui Harianjogja.com di komplek Poeri Devata Resort Dusun Klurak, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Sabtu (23/4).

Jika dilihat dari luar, banyak orang mengira itu prosesi nikah yang sebenarnya. Apalagi bulan ini termasuk musim nikah. Di bagian depan Poeri Devata juga dilengkapi dengan janur kuning. Kemudian diawali dengan pertemuan sepasang pengantin putra dan putri sampai didudukkan di pelaminan lalu sungkeman dengan dua pasang orangtua masing-masing. Tetapi proses itu bukan nikah sungguhan semua diperagakan model.

Advertisement

Endang Juru Rias dari event tersebut menjelaskan, meski bukan nikah yang sebenarnya namun pelaksanaan dilangsungkan secara khidmat dan urutan secara lengkap sesuai dengan adat Jogja.

Diawali dengan wisang sanggan atau pengantin datang dilanjutkan upacara panggih kembar mayang sebagai tolak bala dengan membuang ubarampe di perempatan jalan. Setelah itu ada upacara wijikan menandakan bahwa sang pengantin putri mengabdi kepada keluarga. Barulah pengantin diarak menuju ke pelaminan.

Tampa kaya mengawali saat pengantin berada di pelaminan. Upacara ini, pengantin laki-laki menyerahkan barang berupa biji-bijian seperti jagung, kedelai, beras kuning serta uang receh dengan jumlah genap.

Advertisement

Tampa kaya sebagai filosofi bahwa pengantin putra sebagai calon kepala rumah tangga yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. “Lalu ada dahar klimah dan diakhiri dengan sungkeman,” ujarnya.

Sebagai pelengkap prosesi, ada penampilan tari yang diperagakan dua orang sebagai simbol tolak bala serta tari serimpi oleh empat wanita. Endang mengakui, untuk dua proses tarian ini memang tidak semua orang menggelarnya padahal itu termasuk urutan prosesi pernikahan adat Jogja.

Mungkin, kata dia, pertimbangannya jika mendatangkan penari harus mengeluarkan dana yang lebih besar lagi. “Tetapi ada juga lho yang mendatangkan, termasuk banyak untuk ukuran Jogja tapi orang tertentu,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif