Soloraya
Minggu, 24 April 2016 - 19:30 WIB

PENEMUAN GAS BOYOLALI : Jika Benar Ada Sumur Gas, Warga Minta Jatah

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga mencoba menyalakan api di dekat sumur gas di Sambi, Boyolali, (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Penemuan gas Boyolali masih diteliti oleh pihak ESDM.

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM (DPU ESDM) Boyolali membawa sampel tanah di lokasi sumur yang mengeluarkan gas di Dukuh Sambu, Desa Bendo, Nogosari, Boyolali akhir pekan lalu. Sampel tanah itu digunakan untuk meneliti besaran kandungan gas yang ada di bawah tanah.

Advertisement

Camat Nogosari, Wagino, mengatakan ESDM Boyolali meminta kepada warga untuk menghentikan pembuatan sumur bor di Masjid Al-Rohman. Penghentian pembuatan sumur bor tersebut dilakukan karena gas yang ada di bawah tanah dapat membahayakan warga.

“ESDM datang ke lokasi ditemukannya gas dan meminta warga menghentikan aktivitas penggalian sumur bor. Kami meminta warga menutup sumur yang mengeluarkan gas itu menggunakan pipa plastik,” ujar Wagino saat dihubungi Solopos.com, Minggu (25/4/2016).

Wagino mengatakan ESDM setelah meninjau lokasi langsung membawa sampel tanah berupa lumpur berwarna putih dan berbau belerang untuk diteliti. Tanah itu kemdian diserahkan ke ahli Geologi di Yogyakarta. “Kami belum tahu berapa banyak kandungan gas yang ada di Sumbu. Kalau melihat dari semburan gas yang keluar kemungkinan besar kandungan gasnya besar,” kata dia.

Advertisement

Wagino berharap gas di Sumbu bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga khususnya warga RT 005/RW 003 yang menemukan gas. Kalau nanti gas kandungannya besar kemudian dijual pemkab, warga setempat harus ikut menikmati hasil penjualan gas itu. “Kami butuh kepastian telebih dulu apakah gas itu layak dimanfaatkan untuk rumah tangga atau tidak,” kata dia.

Wagino menjelaskan di lokasi ditemukannya gas masih banyak terdapat warga miskin dan rumah tidak layak huni (RTLH). Dengan ditemukannya gas ini harapan warga untuk hidup lebih baik dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) berupa gas sangat terbuka lebar.

Sementara itu, seorang warga Dukuh Sambu, Desa Bendo, Sardi, mengatakan semburan gas pada siang hari mencapai 30 cm dan berwarna biru. Pada malam hari semburan gas sampai mencapai 40 cm dan berwarna merah. “Kami khawatir semburan gas itu dapat membahayakan warga. Orang tua yang memiliki anak kecil tidak berani mendekati lokasi ditemukannya gas,” kata dia.

Advertisement

Sardi sangat setuju gas itu nantinya dapat dimanfaatkan untuk rumah tangga. Selama ini warga membeli gas 3kg seharga Rp16.000 yang dinilai sangat mahal untuk ukuran warga miskin seperti dirinya. Mahalnya harga gas tersebut membuat warga beralih menggunakan kayu bakar. “Saya punya sumur bor yang lokasinya 1 meter dari tempat ditemukannya gas. Namun, tidak mengeluarkan gas,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif