Soloraya
Jumat, 22 April 2016 - 12:15 WIB

PENGGEREBEKAN DENSUS 88 : Aisiyah Jateng akan Dampingi Anak Siyono

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, menabur bungi di makam Siyono, warga Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Cawas, Rabu (30/3/2016). PP Muhammadiyah siap melakukan advokasi terhadap istri Siyono, Suratmi, beserta keluarganya. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Penggerebekan Densus 88 mendapat sorotan luas menyusul tewasnya Siyono.

Solopos.com, SOLO – Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Pengurus Wilayah Aisiyah (PWA) Jawa Tengah (Jateng) berencana melakukan pendampingan pada keluarga terduga teroris Siyono. Pendampingan tersebut agar anak dan istri Siyono tidak mengalami depresi karena gencarnya pemberitaan di media.

Advertisement

“Saat ini kami sudah membentuk tim untuk pendampingan keluarga Siyono. Pekan depan, kami mulai pendampingannya,” kata Ketua Majelis Hukum dan HAM PWA Jateng, Siti Kasiyati, saat ditemui solopos.com seusai acara talk show di Radio Republik Indonesia (RRI) Solo, Kamis (21/4/2016).

Ia menyatakan pendampingan tersebut merupakan kali pertama karena tidak mudah mendekati keluarga terduga teroris. Sebelumnya, ia hanya melakukan pendampingan anak yang berhubungan dengan hukum dan anak dengan kekerasan seksual.

“Sebenarnya, sudah lama kami tertarik untuk melakukan pendampingan keluarga terduga teroris. Tapi, hal itu perlu pendekatan yang tidak mudah sehingga harus memiliki strategi tersendiri,” tuturnya.

Advertisement

Ia tertarik untuk mendampingi mereka karena tidak ingin anak-anak yang tidak tahu permasalahannya menjadi trauma. Bahkan, bila tidak diarahkan atau diberi pengertian yang benar, saat sudah besar bisa timbul rasa dendam dan salah persepsi sehingga berpotensi menjadi pelaku baru.

Seorang petugas pendamping dari Majelis Hukum dan HAM PWA Jateng, Sri Harjani, menambahkan sebelumnya pernah menerima konsultasi untuk pendampingan terduga teroris. Tapi, PWA Jateng belum terjun langsung.

“Pemberitaan di media yang belum tentu kebenarannya bisa menyebabkan anak trauma. Apalagi masyarakat di lingkungannya yang terkadang mengucilkan sehingga semakin trauma,” tuturnya saat mendampingi Siti.

Advertisement

Hal itu, lanjut dia, perlu formula yang pas dalam pendampingannya. Sebab, ia menilai bagaimanapun orang tuanya, anak-anak tidak bersalah dan merupakan tanggungjawab bersama. Mereka merupakan generasi penerus bangsa yang penting diselamatkan sehingga tidak muncul pelaku-pelaku baru.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif