Entertainment
Kamis, 21 April 2016 - 11:25 WIB

HARI TARI DUNIA : 6.000 Penari Tampil di 11 Venue Selama 24 Jam

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Solo 24 Jam Menari tahun 2013 (Dok/JIBI/Solopos)

Hari Tari Dunia akan diperingati di Solo dengan perhelatan menari 24 jam.

Solopos.com, SOLO – Setiap 29 April, masyarakat dunia riuh dalam selebrasi perayaan Hari Tari Dunia. Di Indonesia, tepatnya di Kota Solo, selebrasi Hari Tari Dunia dengan Solo 24 Jam Menari sejak 2007 lalu sukses menjadi trendsetter di sejumlah kota di Tanah Air.

Advertisement

Untuk yang kesepuluh kalinya, Solo 24 Jam Menari siap diselenggarakan pada Kamis-Jumat (28-29/4/2016) mulai pukul 16.00 WIB-16.00 WIB. Di hari istimewa tersebut, tak dinyana peminat peserta Solo 24 Jam Menari membludak hingga kurang lebih 6.000 orang penari. Ya, selama 24 jam, tak kurang dari sekitar 6000 penari Nusantara dan mancanegara akan beraksi di 11 venue terpilih di seputaran Kota Solo.

11 Lokasi yang digunakan adalah, venue di kompleks ISI Solo yakni pendopo ISI Solo, Rektorat, Teater Kecil, Teater Besar, Teater Kapal, dan seputaran area venue di dalam kota Solo ada 3 Mall (Solo Grand Mall, Solo Square, Solo Paragon Mall), panggung terbuka di Benteng Vastenburg, Jl. Jenderal Soedirman, serta SMK 8 Solo.

6000 orang penari dari 221 komunitas tari tersebut berasal dari sejumlah wilayah di Indonesia. Ada juga 1 penari dari Tiongkok dan 3 penari dari Malaysia. Mereka akan membawakan ragam tarian mulai dari tradisi hingga modern kontemporer.

Advertisement

Dari 6000 tersebut, dua di antaranya akan menari full 24 jam, sementara sisanya akan bergantian selama 24 jam tersebut. Kedua penari 24 jam tersebut adalah Samsuri dari Kota Solo dan Mudjo Setiyo dari Jakarta. Samsuri adalah seorang dosen di Jurusan Seni Tari ISI Solo, sementara Mudjo adalah seorang seniman wayang orang Bharata di Jakarta.

Keduanya adalah seniman kawakan yang dipercaya sebagai ikon Solo 24 Jam Menari 2016. Tak kalah spesial adalah kehadiran sejumlah empu tari dari Banyuwangi dan Bali.

“Peserta tahun ini sangat luar biasa. Kontingennya juga merata bahkan dari pelosok pun ada. Dari luar Jawa saja sampai 18 kontingen,” ujar Eko Supendi, panitia divisi pergelaran Solo 24 Jam Menari, Rabu (20/4/2016).

Advertisement

Lebih dari itu, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya selebrasi tahun ini menjadi spesial lantaran bertepatan dengan satu dekade Solo 24 Jam Menari.

Tema spesial kali ini adalah Menyemai Rasa, Semesta Raga. Tak sembarangan, tema tersebut sengaja dipilih sebagai bentuk refleksi dengan nilai filosofi yang tinggi. Pesertanya beragam, mulai dari penari cilik hingga penari usia senja. Masyarakat pun boleh terlibat, menari bersama sebagai satu ungkapan menyemai rasa kebersamaan.

Tari bukan melulu rangkaian gerak fisik. Tari adalah persoalan jiwa. Tari adalah bagian dari pengukuhan rasa dan kebersamaan. Demikian disampaikan rektor Insitut Seni Indonesia (ISI) Solo, Sri Rochana dalam jumpa pers Solo 24 Jam Menari di Royal Surakarta Heritage Solo pada Rabu.

Di hari spesial tersebut, tema spesial dengan rangkaian acara spesial pun dimasukkan dalam agenda. Selain tari, sebuah buku perjalanan Solo 24 Jam Menari bertajuk Menyemai Rasa, Semesta Raga akan diluncurkan. Orasi budaya, pameran seni, dan seminar internasional We Feeling in Dance dengan pembicara dalam dan luar negeri akan menambah semarak pergelaran.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif