Jogja
Kamis, 21 April 2016 - 12:20 WIB

HARI KARTINI : Wujud Eksistensi, Ibu-Ibu PKL Malioboro Gelar Lomba Berkebaya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pedagang di Jalan Abu Bakar Ali menegakan baju kebaya, Rabu (20/4/2016). (Gigih M. Hanafi/JIBI/Harian Jogja)

Hari Kartini diperingati oleh ibu-ibu PKL Malioboro dengan menggelar lomba berkebaya

Harianjogja.com, JOGJA- Peringatan hari Kartini identik dengan mengenakan busana tradisional. Para pelapak di Malioboro pun tak mau ketinggalan. Dengan pakaian tradisional Rabu (20/4/2016) mereka menelusuri trotoar Malioboro yang kini sudah bersih dengan percaya diri untuk memeringatinya.

Advertisement

Desio Hartonowati, salah satu pedagang bahkan rela ke salon langganannya sedangkan warung lesehan yang dikelolanya dititipkan kepada pegawai kepercayaannya.

“Sayang saja kalau momen ini dilewatkan, jadi dandannya harus total,” kata dia.

Hal itu juga dilakukan Nyonya Suwardi. Pedagang batik tampil lebih sederhana dengan rambut diikat dan mengenakan kebaya berwarna merah.

Advertisement

“Ini dandan sendiri kok, sengaja biar sekalian menjaga dagangan, kebaya juga kebaya sendiri karena saya sering diminta among tamu di rumah,” kata dia.

Sama seperti Desi, Suwardi juga sudah menitipkan dagangannya ke tetangga sesama PKL yang tak mengikuti kegiatan siang hari itu. Dia mengaku tak khawatir karena selain sudah saling menjaga, momen ini menurutnya adalah momen yang wajib diikutinya.

Menjelang pukul 14.00, Desi dan Suwardi pun berjalan ke kawasan Abu Bakar Ali. Di sana deretan kursi putih sudah tertata rapi. Mereka menunggu kehadiran istri Walikota Jogja Tri Kirana Muslidatun.

Advertisement

Setelah sosok yang dinanti tiba, mereka pun memulai acara siang hari itu. Bersama dengan puluhan pedangan lain yang tergabung dalam Paguyuban Ibu-ibu Kawasan Malioboro (PI2KM) mereka bergerak menelusuri trotoar sampai titik nol.

Salah satu tokoh PI2KM, Yati Dimanto mengatakan kegiatan ini sebenarnya bukan pertama kalinya. Setiap Kamis Pahing pedagang sudah terbiasa mengenakan pakaian tradisional. Setiap peringatan Hari Kartini pun mereka mengenakan busana tradisional. Namun peringatan kali ini berbeda. Kebaya setiap peserta dinilai dan dilombakan. Pemenangnya berhak atas hadiah menarik yang disediakan panitia.

Perayaan itu pun menurut Yati tidak sekadar beramai-ramai berjalan dengan pakaian tradisional. Lebih dari itu para peserta adalah para perempuan mandiri yang mencari rezeki di kawasan Malioboro. Penampilan mereka yang berbeda kali ini merupakan sebuah bentuk pernyataan bahwa sebagai perempuan mereka juga bisa memiliki karya yang nyata.

“PKL itu tidak boleh dibilang Pedagang Kaki Lima, tapi Pedagang Kreatif Lapangan. Kami adalah perempuan kreatif yang mandiri dan itu kami tunjukkan melalui peringatan ini,” tegas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif