Jogja
Kamis, 21 April 2016 - 13:55 WIB

FASILITAS SEKOLAH : Ada One Stop Service Toilet, Siswi Tak Diributkan Lagi dengan Masalah Datang Bulan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chirsnandi saat melihat inovasi pelayanan public One Day Service Toilet di SMK Negeri 3 Wonosari, Selasa (20/4/2016). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Fasilitas sekolah di SMK Negeri 3 Wonosari ini memberikan kemudahan bagi warga sekolah yang datang bulan

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Berkat inovasi One Stop Service Toilet, SMK Negeri 3 Wonosari berhasil masuk dalam Top 99 dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2016.

Advertisement

SMK Negeri 3 Wonosari yang terletak di Jalan Pramuka, Wonosari ini terus berbenah. Sebagai buktinya di sekolah itu masih terus melakukan pembangunan, di mana beberapa gedung direnovasi agar bisa lebih baik lagi.

Namun di tengah-tengah pembangunan ini, sekolah itu mendapatkan sebuah hadiah kejutan, karena pada Selasa (19/4/2016) dikunjungi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chirsnandi. Kunjungan itu tidak lepas dari keberhasilan sekolah mengembangkan pelayanan bagi para siswi sehingga masuk dalam Top 99 Sivonik 2016.

Advertisement

Namun di tengah-tengah pembangunan ini, sekolah itu mendapatkan sebuah hadiah kejutan, karena pada Selasa (19/4/2016) dikunjungi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chirsnandi. Kunjungan itu tidak lepas dari keberhasilan sekolah mengembangkan pelayanan bagi para siswi sehingga masuk dalam Top 99 Sivonik 2016.

Program inovasi yang dilakukan SMK ini dikenal dengan sebutan One Day Service Toilet, di mana sekolah menyediakan perlengkapan untuk wanita saat datang bulan, mulai dari pembalut hingga celana dalam. Bagi siswi yang mengakses fasilitas ini diharuskan membayar Rp1.000 untuk pembalut dan Rp5.000 untuk celana dalam.

Sebenarnya untuk program ini, pihak sekolah menyediakan dua toilet khusus. Satu di gunakan untuk para siswa, dan satunya digunakan untuk para guru. Hanya saja, dikarenakan sedang ada proses pembangunan gedung sekolah, maka toilet guru sementara tidak difungsikan.

Advertisement

Itulah kenapa toilet ini dikenal dengan Toilet Bersih Sehat dan Jujur. Pasalnya setiap siswa yang menggunakan, hanya perlu mencatat kebutuhan saat haid yang diperlukan dan membayar sesuai dengan yang diambil dalam kotak penyimpanan.

“Kalau ambil pembalut harus bayar Rp1.000 sedang untuk celana dalam Rp5.000,” kata Cahyaningsih, guru pemrakarsa One Day Service Toilet kepada Harian Jogja, Rabu (20/4/2016).

Sebenarnya program ini sudah mulai sejak 2013 lalu. bahkan untuk saat ini sudah ada sekolah yang mengadopsi inovasi pelayanan yang dilakukan di SMK Negeri 3 itu.

Advertisement

Ihwal dari pelayanan tersebut bermula dari keprihatinan terhadap kondisi toilet yang kotor, sehingga pihak sekolah pun menginisiasi dengan mengadakan lomba kebersihan. Hasilnya pun signifikan, seluruh siswa ikut berpartisipasi dan kondisi toilet pun berubah 360 derajat.

Antusiasme yang bagus dari para siswa ini ditangkap oleh Cahyaningsih untuk membuat terobosan. Dia tidak menampik apabila keberdaan One Day Service Toilet mengadopsi pelayanan yang bersumber dari internet.

Namun untuk pembaharuannya, fasilitas tersebut tidak dilakukan penjagaan. Konsep ini tidak beda jauh dengan keberadaan kantin kejujuran, di mana setiap pengguna diberikan keleluasaan dan diberikan kebebasan untuk mengakses, dengan catatan harus tetap jujur, di mana para siswa harus membayar sesuai nilai barang yang diambil meski tanpa ada yang mengawasi. “Kami diberikan modal dari sekolah Rp380.000 untuk membuat fasilitas dalam One Day Service Toilet,” ujarnya.

Advertisement

Dia mengakui, awalanya proses pelayanan itu tidak berjalam dengan baik. Pembukuan keuangan dari keberadaan toilet tidak begitu jelas, sehingga diputuskan untuk dilengkapi dengan buku catatan untuk rekap.

“Kami tetap mengedepankan kejujuran, dan hasilnya sangat baik karena seluruh pengguna sudah sadar dan menaati aruran yang berlaku,” kata Cahyaningsih.

Untuk mengawasi operasional toilet ini, pihak sekolah membuat Komunitas Pecinta Toilet. Untuk saat ini, relawan yang ada berjumlah 13 orang yang berasal dari para siswa.

Setiap harinya dibuat tim kelompok piket yang bertugas mengecek kebersihan toilet serta melakukan rekapan penggunaan barang-barang yang terpakai. “Meski berjalan baik, kami masih kesusahan untuk kaderisasi karena kebanyakan para relawan didominasi dari satu jurusan saja, sedang dari jurusan lain masih kurang,” ungkap Cahyaningsih.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif